Jamban Sehat, Sanitasi Aman. Mulai Kapan?

1 komentar
Mohon maaf nih sebelumnya, postingan saya kali ini agak-agak bikin ifil atau nafsu makan Anda berkurang karena akan membahas tentang sanitasi aman atau jamban ideal yang harus dimiliki oleh masyarakat luas. Karena urusan belakang ini tidak bisa disepelekan, menyangkut banyak hal dari kesehatan, pencemaran lingkungan, air bersih, sampai kerukunan warga. Pasti terganggu dong ada tetangga yang buang air besar sembarangan atau enggak punya jamban sehat.

Tadi pagi, saya melihat berita di salah satu stasiun televisi ada seorang balita tenggelam di septik tank  dekat rumah.  Kok bisa? Entah bagaimana si balita bisa sampai nyemplung di jamban dan saat ditemukan sudah tak bernyawa. Mungkin si anak sedang bermain lalu tanpa pengawasan orangtuanya dia bisa masuk ke dalam septik tank itu. Bahaya banget kan kalau anak terlepas dari pengawasan orangtua, akibatnya nyawa jadi taruhan.

Jamban sehat dalam rumah
Turut memeriahkan Hari Toilet Sedunia
Sanitasi Aman, Mulai Kapan?
Menurut saya bukan si anak yang salah, tapi kenapa buat septik tank sedekat itu dari lingkungan rumah. Saya tidak tahu benar sih berapa jarak septic tank dari area si anak berada. Tapi kalau sampai si anak ketemu di dalam septic tank itu berarti jaraknya sangat dekat dan penempatannya kurang tepat. Artinya saat rumah dibangun tidak memperhatikan jarak ideal pembuatan septic tank. Tahu enggak jarak idealnya berapa? Saya pun baru tahu jarak ideal pembuatan septik tank yang aman yaitu 10 meter dari sumber air tanah saat acara Kumpul Blogger & Vlogger "Sanitasi Aman, Mulai Kapan?" pada hari Selasa, 19 November 2019 di Cafe Comic, Tebet, Jaksel.

Kegiatan ini bertepatan dengan Hari Toilet Sedunia yang ke 6 sejak diresmikan oleh PBB melalui adopsi resolusi "Sanitation for All". Sebegitu pentingnya keamanan jamban yang sehat dan aman dalam kehidupan manusia. Nmaun kenyataannya masih banyak manusia yang belum sadar akan kebaikan memiliki pembuangan tinja ini. Bayangkan saja masih ada orang yang buang kotorannya sendiri di dalam plastik dan dibuang sembarangan. Jorok banget kan. Itu pun fakta lho, berdasarkan cerita pengalaman narasumber yang hadir.


Sanitasi aman buat kesehatan
Foto bersama peserta dan narasumber

Fakta Tentang Buar Air Besar Sembarangan 


Diskusi mengenai sanitasi aman ini diawali dengan sambutan dari ibu Alifah Sri Lestari - Deputy Chief of Party USAID IUWASH PLUS.  Ia mengatakan bahwa sanitasi masih dianggap sebagai "urusan belakang" padahal sanitasi merupakan hal penting bagi kesehatan, terutama untuk pencegahan stunting. Pengelolaan pembuangan tinja berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sekarang sudah menujukkan kemajuan akses sanitasi yang aman. Tahun 2018 akses sanitasi ke toilet atau jamban mencapai lebi dari 74,5% termasuk 7% sanitasi aman. Menurut saya angka persentasenya masih kurang bagus. Acara pun berlanjut dan dimoderatori oleh mbak Lina Damayanti - Advisor Bidang Advokasi dan Komunikasi USAID IUWASH PLUS.

Bicara fakta tentang buang air besar sembarangan, cerita dari mbak Ika Fransisca - Advisor Bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUWASH PLUS bikin saya geli dan jijik. Bagaimana enggak begitu, dia membuat saya dan para peserta lainnya jadi membayangkan orang-orang yang membuang hajat sembarangan di kebun atau sungai, kuburan, laut, bahkan di kantong plastik lalu dibuang sembarangan gitu aja. "Saya pernah ke suatu daerah dan penduduknya ada yang bilang kalau menemukan plastik warna hitam di jalan hati-hati ya, jangan dipegang. Eh, enggak tahunya isinya si lembek-lembek itu," jelas mbak Ika Fransisca.


Kebanyakan orang yang masih buang air besar sembarangan itu terdapat di pedesaan yang masih rumahnya dekat sungai atau yang punya empang. Tahu kan toilet terbuka yang ada di empang dan sekelilingnya ditutupi sama bilik tingginya setengah badan, saat jongkok cuma kepala kita yang nongol. Kalau pernah nonton film Warkop DKI pasti tahu adegan Dono Kasino Indro nyebur ke empang. Orang kampung biasa menyebutnya jemblongan. Dr. Subekti SE,MM - Direktur Utama PD PAL JAYA menginfokan bahwa daerah yang sudah baik umtuk buang air besar sembarangannya yaitu Yogyakarta yang pertama dan kedua kota Jakarta. Tapi, Jakarta masih punya PR untuk daerah tertentu nih.


sanitasi aman buat lingkungan
3 narasumber talkshow sanitasi aman (kiri-kanan)
Pak Subekti, Ibu Ika Fransisca dan
 mbak Zaidah Umami


Jarak ideal pembuatan septik tank dengan sumber air tanah yaitu minimal 10 meter. Hal ini bertujuan agar air yang dikonsumsi oleh manusia tidak tercemar oleh bakteri E-Coli yang bisa menyebabkan diare. Coba hitung jarak berapa meter septik tank dengan sumber air minum di rumahmu? Kalau lebih dari 10 meter berarti sanitasimu aman, kalau kurang pikirkan lagi deh masih mau minum dari air sumur. Pernah suatu kali ada tamu dari luar negeri menginap di sebuah hotel. Karena tahu kondisi air di Indonesia masih belum bagus dia sampai enggak mau minum air dari hotel tersebut. Ini cerita dari mbak Ika Fransisaca. Segitunya ya orang luar negeri dengan kebersihan air minum.


Ada yang pernah memikirkan hasil buang air besar kita berakhirnya ke mana? Boro-boro mikirin begituan ya, selesai buangnya aja sudah lega banget dan ikhlasin aja gitu. Pak Subekti mengatakan tinja yang kita relakan pergi itu  mesti ada penyedotan berkalanya dan ditampung di pengelolaan air limbah. PD PAL JAYA sebuah perusahaan daerah milik Pemprov.DKI Jakarta yang bergerak di bidang jasa layanan pengelolaan air limbah sistem perpipaan, jasa layanan air limbah sistem setempat, dan Layanan Tinja Terjadwal (LLTT). Jadi, jika septik tank kalian sudah penuh dalam kurun wamtu tertentu segera panggil petugas penyedot tinja. PD PAL JAYA hanya melayani wilayah DKI Jakarta saja, coba cari tahu layanan sedot tinja di daerahmu.

pipa pengelolaan tinja sanitasi aman
Pipa pengelolaan air limbah tinja

Saya terkejut dengan istilah yang disebutkan oleh seorang sanitarian bernama Zaidah Umami - Bidang Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Kecamatan Tebet. "Sanitasi erat pada kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari, ini bisa disebut dosa jariyah karena perilaku tidak sehat yang kita lakukan bersama-sama," jelasnya. Makjleb juga nih kata-katanya. Saya atau kamu bisa jadi salah satu pelakunya. Kebetulan mbak Zaidah ini menangani kesehatan sanitasi di wilayah Tebet Timur dan Barat. Saya dan teman-teman blogger lainnya diajak langsung berkunjung ke wilayah yang masih melakukan buang air besar sembarangan. Enggak habis pikir saja sih kok di tengah ibu kota dan daerah elit seperti Tebet masih jorok begitu.

Sanitasi aman adalah sistem sanitasi yang memutus sumber pencemaran limbah domestik ke sumber air. Sanitasi aman mencakup penampungan air limbah domestik di tangki septik yang sesuai SNI, penyedotan atau transportasi lumpur tinja sampai ke unit pengolahan, serta unit pengolahan limbah (IPLT) yang berfungsi. Program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga perlu diterapkan untuk memperbaiki tingkat kebersihan (higiene) masyarakat.

Sidak Langsung Ke Wilayah Sanitasi Di Tebet Timur 


Di tengah terik matahari, saya beserta rombongan menuju wilayah yang sudah dan belum menerapkan sanitasi aman. Sekitar jam setengah sebelas siang 3 kelompok yang sudah dibagi pesertanya dengan satu leader dari panitia menuju Gang Pelita 1 RT 08/10, Kecamatan Tebet Timur. Ya, kami seakan - akan mengadakan sidak langsung ke wilayah ini. Dari pertama masuk gang saja sudah tercium aroma kurang sedap, ternyata pemukiman ini berdampingan langsung dengan sungai keci (kali).. Sungai yang tak layak dilihat karena berseliweran sampah-sampah rumah tangga. Untung saja "si kuning" enggak lewat.

Kelompok saya bertemu dengan salah satu warga bernama Pak Wahyono. Beliau sudah membuat septik tank pribadi di depan rumahnya. Awalnya ia tidak punya septik tank, alias pipa WC langsung mengalir ke kali yang berhadapan langsung dengan rumahnya. Bagaikan orang yang baru tersadar dari amnesia, Pak Wahyono membuat septik tank secara mandiri dengan modal sekitar Rp 5 juta. "Saya sadar sendiri kalau buat septik tank itu penting supaya enggak cemarin lingkungan," jelasnya. Tidak ada kejadian luar biasa dari suatu penyakit sehingga ia tersadar akan tindakan baik itu.

Pembuatan septik tank aman
Para orang inspiratif sanitasi aman

"Bahkan di kampung saya sendiri sudah banyak yang membuat septik tank di rumah-rumah, Masa di ibu kota enggak bisa punya septik tank sendiri," tambahnya. Itu artinya pemahaman masyarakat tentang sanitasi aman di desa sudah bagus dan di mulai dari sekarang. Bisa jadi sudah enggak ada yang buang air besar sembarangan di sungai atau kebun lagi. Septik tank yang Pak Wahyono buat memiliki ukuran kedalaman 2 meter dan lebar 1 meter. Alirannya akan melalui pipa pamjang yang dipasang di pinggir tembok kali menuju IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) KOMUNAL. 

Melipir sedikit ke arah pinggir jalan, saya melihat satu mobil tanki tinja terparkir di depan rumah warga. Ternyata kami diajak melihat langsung bagaimana para petugas melakukan penyedotan tinja di rumah ibu Surati. Kebetulan petugas yang kali ini saya temui yaitu Pak Kimin dan Agus Sadi, serta didampingi oleh Pak Handy dari PD PAL JAYA. Sebenarnya septik tank yang dimiliki Bu Surati belum bergabung dengan IPAL KOMUNAL, jarak septik tank dengan sumber air tidak lebih dari 5 meter. Deket banget kan, Penyedotan tinja yang dilakukan itu baru pertama kali dilakukan selama ia tinggal di dearah itu. Kayaknya sudah puluhan tahun. Kebayangkan tumpukan itu. Biayanya sebesar Rp330.000,00 sudah termasuk penyedotan sampai pengolahan air limbah tinja.

Sebenarnya saya mau melihat wujud air lumpur tinja itu seperti apa. Namun pengerjaannya tak secepat yang saya kira, Pak Kimin terus mengecek kondisi lubang septik tank dan pipa penyedot. Kami pun bergegas keluar dari rumah Bu Surati dan menuju IPAL KOMUNAL. Ternyata tempatnya sempat saya lewati saat menuju ke rumah Pak Wahyono. Lokasinya enggak begitu luas, tapi dikelola dengan baik. Di sinilah berkumpulnya pembuangan tinja dari rumah warga yang terhubung.

IPAL KOMUNAL sanitasi aman
Pipa pembuangan air limbah domestik yang menuju IPAL KOMUNAL

Sebelumnya ke IPAL KOMUNAL saya sempat bertemu dengan sekretaris RW 08 yaitu Pak Susanto. Beliau adalah salah satu pengurus IPAL KOMUNAL. Selain itu ada seorang wanita bertubuh mungil namun telah muwujudkan aksi besar kepada tetangganya yaitu Ibu Wiwi. Butuh waktu untuk mengajak para tetangganya untuk membuat septik tank dan mengalirkannya ke IPAL KOMUNAL. "Bagi yang tidak mau bergabung ke IPAL KOMUNAL di sini, bisa buat sendiri dengan dana patungan sekitar 5 juta per KK. Satu IPAL untuk 4 KK," jelas Bu Wiwi.

Sependek pemahaman saya, alur pembuangan limbah domestik ini yaitu tiap kotoran yang berasal dari rumah warga akan mengalir lewat pipa yang dipasang menuju IPAL KOMUNAL. Di dalamnya didesain dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), kedap air, memiliki ukuran kedalaman 3 meter, lebar 3, panjang 3 meter dan bisa menampung 160 jiwa atau 70 KK. Tiap 2-3 tahun sekali mesti disedot supaya tidak mencemari lingkungan. Kemudian dibawa ke unit pengolahan limbah (IPLT) yang berada di Duri Kosambi atau 

cara buat IPAL KOMUNAL
IPAL KOMUNAL yang dibuat dari CSR APP Sinar Mas di wilayah Tebet Timur

Entah saya yang baru tahu atau sistem inovasi ini sudah lama ada. Menurut mba Zaidah Umami, sebenarnya pendekatan ini sudah lama sejak tahun 2017, namun tidak mudah mengajak atau bahkan mengubah mindset masyarakat tentang sanitasi aman. Istilah TMM mesti dipahami yaitu Tahu, Mau, Mampu. Masyarakat sudah Tahu kalau sanitasi yang kotor itu tidak baik, kemudian Mau enggak membuat jamban yang sehat, dan jika keduanya ok maka Mampu membuat sanitasi yang aman.

Kerja sama antara USAID IUWASH PLUS dan PD PAL JAYA merupakan kegiatan kolaborasi yang baik untuk meningkatkan kebersihan "urusan belakang" manusia. Ditambah kehadiran blogger dan vlogger yang turut menyebarluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui media sosial yang dimiliki.

kriteria buat septik tank aman
Gambaran buat jamban yang sehat supaya sanitasi aman terkendali
Infografis : USAID IUWASH PLUS

Program USAID Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) adalah program berdurasi lima setengah tahun yang dirancang untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses air minum dan layanan sanitasi serta perbaikan perilaku higiene bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan di perkotaan. USAID IUWASH PLUS bekerja sama dengan instansi pemerintah, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat dan mitra lainnya.

Kesimpulan yang saya ambil dari kegiatan ini adalah urusan jamban tidak bisa disepelekan. Meskipun status rumah saya masih sewa, saya tetep memperhatikan letak atau jarak septik tank dengan sumber air sumur. Alhamdulillah jaraknya lebih dari jarak ideal. Semoga tetangga-tetangga saya juga begitu. Tepat sekali jika kebersihan sebagain dari iman, maka memiliki jamban sehat dan sanitasi aman di mulai dari sekarang.


***

1 komentar

  1. Kedengerannya jogja juga massuk kedalam kategorinya ya wueheheh, tapi bingung aja yang sedot sedot itu dibuangnya kemana yaa, apakah di produksi ulang menjadi sesuatu atau apa... Penasaran wuehhehe

    BalasHapus