Komunitas Lokal yang Berperan Dalam Menjaga Hutan dan Mitigasi Perubahan Iklim

6 komentar

Menjaga hutan Indonesia merupakan kewajiban tiap warga negaranya. Namun nggak semua punya kesadaran yang sama. Hanya segelintir orang yang memiliki kesadaran akan pentingnya hutan tetap terjaga di masa kini hingga jauh ke depan nanti. Mereka yang memiliki visi dan misi yang sama biasanya tergabung dalam sebuah komunitas. Nah, ada 2 komunitas lokal yang  gencar menyuarakan mitigasi perubahan iklim.

Saya pun mengenalnya dari Online Gathering #2 pada hari Senin, 29 Mei 2023 lalu. Siang itu bersama #EcoBloggerSquad membahas tentang "Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim". Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni. Jadi, selain masyarakat adat sebagai garda terdepan yang berjuang untuk mengurangi emisi di bumi, ada komunitas lokal yang juga punya peran penting. Siapa mereka? Yuk, mari kenalan!

Perubahan iklim Indonesia

Perubahan Iklim dan Peran Hutan

Diskusi sesi pertama diisi oleh Christian Natalie - Manager Program Hutan Itu Indonesia. "Omongin perubahan iklim nggak lepas dari suhu rata-rata bumi,"jelasnya. Para peneliti hampir seluruh dunia sudah mengecek dari tahun 1956-2021 di Eropa sampai ke Asia. Kenaikan susu rata-rata bumi nggak bisa disamakan dengan naikin suhu AC. Bumi juga bisa "demam" jika suhunya naik termasuk mahluk hidupnya. Sekarang suhu rata-rata bumi naik mencapai 1,4°C.

Ngerasa banget ya kalau cuaca mudah berubah, dari pagi sampai siang cerah tapi sorenya hujan deras. Perubahan cuaca ini termasuk ke dalam perubahan iklim, namun ada pembedanya. Perubahan iklim dihitung atau diteliti selama bertahun-tahun karena memerlukan banyak data cuaca. Kalau cuaca mudah berubah-ubah, tapi iklim bersifat stabil dan tidak mudah berubah.

Indonesia terletak pada garis khatulistiwa yang dampak perubahan iklimnya rentan dan terasa sekali. Iklim di negeri ini sudah tropis, maka dengan adanya perubahan iklim dampaknya semakin nyata dan cukup dikhawatirkan oleh negara lain. Fenomena nyata dari perubahan iklim yang terjadi di Indonesia yaitu semakin berkurangnya puncak es di pegunungan Jayawijaya, tepatnya di Gunung Cartenz. Bahkan BMKG meramalkan 5-6 tahun mendatang salju abadi hilang. Duh, jangan sampai terjadi.

Lantas, apa peranan hutan dalam perubahan iklim tersebut? 

Mitigasi perubahan iklim

Perubahan iklim menyumbang gas rumah kaca yang berisikan CO2, metana, CH4, dan gas -gas lainnya yang menyelimuti bumi sehingga sinar matahari dipantulkan kembali saat masuk ke bumi dan membuat suhu rata-rata bumi meningkat. Hal itu disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penebangan hutan, transportasi, serta penggunaan hasil hutan. 

Menurut data peneliti, menyatakan bahwa karbondioksida banyak tersimpan di hutan dan lahan gambut sekitar 60% lebih, sisanya adalah gas rumah kaca yang disumbangkan ke atmosfer. Jadi, kalau hutan itu menyimpan karbon, sedangkan sektor lainnya memberikan. Sehingga hutan harus dijaga supaya nggak memberikan karbondioksida ke atmosfer, dibandingkan dengan transportasi, energi, sampah dll. Makanya banyak gerakan yang menyuarakan untuk mengurangi emisi dengan naik kendaraan umum, kurangi sampah plastik, kurangi makan daging dll. 

cara menjaga hutan dari perubahan iklim
Wilayah Papua yang masih terlihat luas hutannya

Cara hutan melepaskan karbondioksida atau gas rumah kaca sudah sering kita lihat seperti kebakaran hutan, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, peternakan, perumahan, industri. Oleh karena itu, hutan adalah jawaban dari solusi krisis iklim sekaligus mitigasi dampak buruknya.
Indonesia memiliki hutan terluas ke-3 di dunia dan keanekaragaman hayatinya peringkat ke-2. Oleh karena itu, jangan sampai kehilangan hutan lagi setelah 5 tahun terakhir hilang seluas 3,5 kali Pulau Bali.

Hutan itu bagaikan rumah dari keanekaragaman hayati (biodiversity). Jika hutan dirusak, maka hilanglah juga keanekaragaman hayatinya. Enggak heran kalau banyak berita menyampaikan orang utan, harimau atau gajah turun ke pemukiman orang. Melindungi hutan sama juga menjaga isinya. Persis yang dilakukan oleh Pak Nasiun dkk dari Desa Air Tenam Bengkulu.

Ia seorang penjaga yang mengelola seluas 1,677 hektar hutan milik negara dengan skema perhutanan sosial yang bisa mendapatkan mata pencaharian dengan mengambil hasil hutan bukan kayu, salah satunya memetik buah durian. Pohon duren dapat menyerap karbon 1,42 ton CO2/tahun. Begitu juga dengan Ibu Sumini bersama Lembaga Pelindung Hutan Kampung Mpu Uteun aktif berpatrolj 251 hektar hutan Desa Damaran Baru Kab.Bener Meriah dari kawasan Leuser. Mereka sudah bersama bergerak berdaya dalam menjaga hutan sekaligus alasan adanya Hutan Itu Indonesia. 

Kampanye Hutan Itu Indonesia dalam menjaga hutan

Hutan Itu Indonesia Melakukan 5 Panggilan Aksi

Masih banyak orang yang belum paham bagaimana cara menjaga hutan. 82,7% responden menyatakan keprihatinan terhadap hutan Indonesia, namun 27,3% yang sadar perilaku manusia terhadap dampak kondisi hutan. Hutan itu sebagai supermarket, superman, asuransi jiwa, sumber air, penyimpan karbon  bahkan penyembuh mental. Maka peran Hutan Itu Indonesia sebagai penghubung antara pendukung sampai ke orang-orang yang bergerak di hutan secara langsung. 

By the way, Hutan Itu Indonesia merupakan gerakan terbuka yang percaya akan kekuatan pesan-pesan positif untuk menumbuhkan rasa cinta kepada hutan Indonesia  yang sangat berpengaruh pada kehidupan kita. Hutan Itu Indonesia melakukan 5 panggilan aksi (Call to Action) yaitu :
  1. Cerita tentang hutan 
  2. Wisata ke hutan
  3. Donasi adopsi hutan
  4. Konsumsi hasil hutan bukan kayu
  5. Merayakan Hari Hutan Indonesia
Hutan Itu Indonesia juga telah melakukan  kampanye kolaborasi dengan para relawan dan organisasi lainnya. Kalau kita mau turut serta dalam panggilan aksi tersebut bisa banget lho, tinggal pilih aja. Cara mudahnya bisa ikut berdonasi. "Mari lakukan secara konsisten untuk mendapatkan perubahan  signifikan," kata Christian Natalie. 

SELARAS, Peran Komunitas Lokal Bantu Mitigasi Perubahan Iklim

Sebenarnya banyak sekali komunitas lokal yang terjun langsung dalam menjaga hutan. Salah satunya komunitas dari Kab. Musi Banyuasin yang memberdayakan potensi alam dengan menghasilkan produk lokal. Bersama Azizah Nurul Amanah anggota dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang menjelaskan tentang sumber daya alam yang menghasilkan produk berguna bagi manusia. Selain itu peran anak muda lokal terhadap mitigasi iklim dengan memanfaatkan potensi alamnya. 

Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)  adalah asosiasi pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai agenda nasional melalui gotong royong multipihak. 

Ada yang tahu di mana Kabupaten Musi Banyuasin? Yap, kabupaten ini ada di Sumatera Selatan dan merupakan kabupaten terluas kedua. Di sini masih banyak hutan dan lahan gambut, namun terkena dampak kebakaran hutan untuk membuka lahan baru oleh beberapa perusahaan luar negeri. Musi Banyuasin termasuk kabupaten yang kaya sumber daya alamnya, ada minyak bumi, komoditas kelapa sawit, karet dan tanaman gambo. 

Peran komunitas lokal dalam mitigasi perubahan iklim

Salah satu produk lokal yang dihasilkan dari sumber daya alam di Kab.Musi Banyuasin yaitu kain Gambo Muba. Gambo atau gambir yang biasa dibuat nyirih oleh nenek-nenek banyak terdapat di sana. Karena dulunya ada kebun yang luas berisi tanaman gambo/gambir sehingga jadi mata pencaharian warga setempat. Getah gambir diambil untuk obat. 

Pewarna alami yang digunakan untuk membuat kain diperoleh dari sisa limbah gambir dari proses pengendapan ekstrak gambir. Pembuatan kainnya melalui proses yang panjang mulai dari petani memetik gambir, bergotong royong menjumput kain sampai menghasilkan motif menarik, direndam sampai warna yang diinginkan keluar, dijemur, dikeringkan lalu siap dikriyakan jadi berbagai macam produk seperti baju, bandana, masker, scarf dll. "Para ASN di Kab. Musi Banyuasin sudah menggunakan kain lokal ini sebagai baju seragam,"kata kak Azizah. 

Sentra Ekonomi Lestari Serasan Sekate (SELARAS) merupakan komunitas anak muda daerah untuk membantu kembangkan produk dan perekonomian lokal. Adanya komunitas lokal nggak perlu menunggu bantuan dari pemerintah, bisa mandiri dengan memberdayakan masyarakatnya.

Itulah komunitas lokal yang sudah bersama bergerak berdaya terhadap kondisi hutan Indonesia. Peran mereka sangat berpengaruh untuk mitigasi perubahan iklim. Maka itu, sepatutnya kita juga mengikuti jejak mereka minimal dalam kehidupan sehari-hari agar lingkungan hidup tetap terjaga demi bumi yang lebih baik sampai beberapa tahun ke depan. 


***

6 komentar

  1. Kalau melihat kondisi udara Jakarta beberapa hari ini, mengsedih yaa. Jadi emang harus ada tindakan nyata dan secepatnya siy, supaya polusi di Indonesia nggak semakin parah. Salut sama Komunitas SELARAS yg peduli terhadap kondisi hutan di Indonesia.

    BalasHapus
  2. Keberadaan komunitas lokal, masyarakat adat, itu sudah terbukti mereka benar melindungi alam dan lingkungannya. Andai manusia modern bisa mengikuti pola hidup dan pemikiran masyarakat adat, mungkin bumi ini akan tetap lestari

    BalasHapus
  3. Komunitas Lokal dan masyarakat adat jelas sangat memiliki peran penting ya dalam mitigasi perubahan iklim ini, karena mereka kita masih bisa merasakan hasil hutan. Semoga masyarakat umum pun bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh masyarakat adat dan komunitas lokal dalam menjaga keberlangsungan hutan.

    BalasHapus
  4. Nama komunitasnya mirip dengan namamu mbak. Saat ini kondisi lingkungan dan iklim memang sedang tidak baik ya, makanya dengan adanya komunitas lokal dan juga masyarakat adat bisa membantu mitigasi perubahan iklim. Kita pun juga harus aktif berkontribusi ya dengan menjaga lingkungan.

    BalasHapus
  5. Untuk menjaga Alam memang harus melibatkan semua pihak termasuk komunitas hadirnya sslaras komunitas yang peduli akan alam dan selalu menjaga hutan, sangat membantu sekali untuk menjaga kelangsungan alam selalu lestari

    BalasHapus
  6. beberapa hari terakhir aku merasa mulai ada kabut asap lagi nih di daerahku. semoga saja aku salah sih soalnya ini kan juga musimnya masih musim panas gitu jadi berasa banget panasnya di kotaku

    BalasHapus