"Ketika Bung Di Ende", Tempat Perenungan Sang Putra Fajar Di Pengasingan

16 komentar
Orang mana yang bisa bertahan di daerah pengasingan. Jauh dari rutinitas sehari-hari dan sulit mendapatkan kepercayaan dari tempat baru. Dari yang biasanya berinteraksi dengan banyak orang, namun harus terlempar jauh ke daerah pengasingan. Apalagi dialami oleh seseorang yang biasa bertemu dengan banyak orang untuk berdiskusi demi kepentingan negara. 

Pengasingan ke Ende, Flores, NTT merupakan sebuah fase kehidupan sulit yang harus dijalani Bung Karno bersama istri, anak dan mertuanya selama 4 tahun. Melewati hari demi hari di daerah pengasingan dengan penuh keterbatasan. Pergerakan sempit  Bung Karno selalu dijaga oleh polisi dari pihak Belanda. 

Poster film Ketika Bung Di Ende


"Ketika Bung Di Ende" film karya sutradara Viva Westi yang diproduksi pada tahun 2013. Menghadirkan Baim Wong (Bung Karno), Paramitha Rusady (Inggit Garnasih), Ninik L Karim (Amsi), Tio Pakusadewo (Martin Paradja). Diluncurkannya film ini merupakan salah satu kegiatan Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman dengan membuat film tentang Soekarno. Film ini tidak ditayangkan di bioskop. 

Film berdurasi 131 menit ini saya tonton di TVRI nasional dalam program Belajar Dari Rumah pada hari Sabtu, 19 September 2020. Akhir pekan yang berfaedah buat saya menyaksikan film bertemakan perjuangan dari founding father Republik Indonesia. Melihat sisi kehidupan lain yang dialami oleh presiden pertama negeri ini. 

Dari tahun 1934-1938 merupakan rentang tahun yang menyulitkan bagi Bung Karno di Ende. Keterbatasan gerak yang diperolehnya seakan berjalan sangat lamban Badan boleh di pengasingan, tapi pikirannya terus menjelajah. Otaknya terus berpikir untuk kebebasan bangsa Indonesia dari jajahan Belanda.

Ia tak putus asa mencari cara untuk mendapatkan kabar dari orang-orang di tanah Jawa. Transaksi korespondensi ia lakukan melalui jalan air bersamaan dengan para pedagang sampai di pelabuhan Ende. Seorang pedagang yang "memaksa" menjual labunya ke rumah Bung Karno. Akhirnya dibeli oleh Bu Inggit dan setelah dibelah ternyata ada selipan surat di dalamnya dari rekannya di salah satu pesantren. Salah satu bukti betapa ketatnya para kolonial membatasi ruang gerak Bung Karno.

Bagi Belanda, mengasingkan Bung Karno ke Ende merupakan cara agar ia tidak berurusan dengan dunia politik yang selama ini dijalani. Bahkan sebelum kedatangan Bung Karno, Belanda sudah memprovokasi penduduk setempat bahwa akan ada seseorang yang berbahaya. Maka tidak asing  penduduk menjauhi beliau.


Bung Karno ibarat bertamu ke rumah orang, maka ia mesti memperlihatkan sikap ramah terhadap warga. Dengan kepintaran cara pendekatan beliau, akhirnya banyak warga yang membuka silaturahmi lewat pengajian yang ia adakan di rumah sampai menggelar sandiwara. Ia pun tak enggan berdiskusi dengan Pastor Huytink. 

Terkadang orang jika dalam posisi tertekan akan terus mencari cara atau ide untuk ke depannya. Begitu pun dengan Bung Karno, di Ende lah ia membuat konsep dasar negara atau sekarang dikenal dengan Pancasila di bawah pohon Sukun. Sebuah konsep dasar negara dari hasil perenungan selama 4 tahun. Mungkin inilah hikmah dari pengasingan Bung Karno. Pancasila menjadi satu pedoman untuk semua urusan negara.

"Ketika Bung Di Ende" menjadi sebuah tontonan kisah pemberontakan sang putra fajar tanpa senjata. Terasing bukan berarti membuat batin dan pikiran Bung Karno terkurung, justru menghasilkan suatu ide baru. Ende menjadi tempat pengasingan bersejarah bagi Bung Karno sebelum pindah ke Bengkulu. Setidaknya ia meninggalkan kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu.




***

16 komentar

  1. Selalu kagum dengan pergerakan para pendiri bangsa ini. Diasingkan seakan hal biasa bagi Soekarno, jadi penasaran dengan film Ketika Bung di Ende.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus filmnya kak. Kisah pahit bapak RI kita di daerah pengasingan.

      Hapus
  2. Bagus ya filmnya, Mbak. Belum nonton. Iya pernah membaca bahwa konsep Pancasila ditemukan pas beliau dalam pengasingan di Enda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus banget, aku memang suka film sejarah begini, apalagi ttg perjuangannya Bung Karno untuk Indonesia.

      Hapus
  3. Selama ini aku tahunya cuman film "Soekarno" aja yang diperankan oleh Ario Bayu. Ternyata ada juga ya film tentang Soekarno yang diperankan oleh Baim Wong. Baru tahu wkwk Pantesan gak pernah denger tayang di bioskop soalnya yg memproduksi dari Kemendikbud sendiri ya.

    Btw, akting Baim Wong sebagai Soekarno gimana mbak? Soalnya imej dia kan kan petakilan terus meranin Soekarno yang karismatik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akting Baim Wong bagus di film ini, meskipun pertama kali bermain film lho.

      Hapus
  4. Saya juga pernah membaca kisah pengasingan bung Karno di Ende ini pada buku Penyambung Lidah Rakyat. Di buku ini kita bisa mengikuti perjalanan hidup sang Proklamator Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti lebih lengkap cerita kehidupan Bung Karno di buku ini.

      Hapus
  5. Agak miris juga ya seorang proklamator Indonesia akhir hidupnya diasingkan. Mungkin merupakan suratan takdir, namun apapun yg menjadi keterbatasan bung karno tidak menyurutkan semangatnya utk membangun negeri ini ddgn pemikiran2 yg revolusioner

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kalau lawan sudah nggak suka sama seseorang, bakal dibuang jauh-jauh. Sama halnya dengan Belanda mengasingkan Bung Karno ke Ende.

      Hapus
  6. Terima kasih mba atas reviewnya, kapan waktu main ke Bengkulu yah, mampir ke rumah pengasingan bung karno di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, asyik tuh ke kota singgahan dulu Pak Soekarno. Semoga ada waktu yg tepat nantinya.

      Hapus
  7. Ahh aku nggak tahu ada film "Ketika Bung Di Ende" di weekend gitu, padahal bisa nonton. Asik bisa nonton sejarah ya mbak, secara kalau baca bukunya suka ngantuk hehe

    BalasHapus
  8. wah baru tau ada film ini, seneng kalau sejarah difilmkan jadi ga bosen dan monoton ya.

    BalasHapus