Nulis Gunung : Sadarkan, Kembalikan dan Kumpulan Catatan Tentang Gunung

21 komentar
Gunung bukan hanya tumpukan tanah yang tinggi atau kerumunan pepohonan, tapi juga seperti layaknya manusia yang ingin diperhatikan. Pendakian tidak cukup membuat gunung suka dengan kita, harus ada keseimbangan nyata lainnya. 
Nulis Gunung berusaha untuk menyadarkan, mengembalikan serta mengumpulkan catatan perihal tentang gunung untuk kita semua.

Nulis gunung dari gunung institut
Sebagian para seekers Program #NulisGunung

Mendaki gunung bukan persoalan adu kekuatan membawa beratnya carrier atau sampai duluan di puncak. Itulah sebuah makna mendaki gunung sebenarnya setelah saya mengikuti pendidikan dasar kegiatan alam bebas saat masih jadi mahasiswa. Lelah juga ternyata ya mendaki gunung itu, segalanya di bawa kayak orang mau pindahan rumah. Tapi mendaki gunung itu bikin ketagihan juga. Selalu ada rasa ingin balik lagi menapaki jalurnya dan menerabas hutannya. Memang susah kalau sudah jatuh cinta.

Hampir mustahil rasanya buat saya mendaki gunung sesering dahulu. Perubahan status menjadi seorang ibu membuat saya sibuk dengan urusan cuci baju. Seiring berjalannya waktu, saya tetap mempertahankan antusias terhadap hobi itu. Atas dengan izinNya dan keluarga di rumah, akhirnya saya bisa melepas rindu mendaki Gunung Prau. Kembali ke alam itu kayak mengisi baterai baru yang sudah lama beku.

Instagramlah yang mempertemukan saya dengan Gunung Institut. Apaan ini? Sempat tersirat pertanyaan itu sambil mencari tahu lebih jauh. Saya pikir nama sebuah perguruan tinggi atau kampus gitu, ternyata sebuah fasilitator dan inisiator yang mengajak para pegiat alam atau literasi yang antusias dengan perihal gunung yang disebut sebagai seekers dan memiliki program #NulisGunung. Wah, rasa penasaran saya makin menggebu. Saya beranikan diri untuk mengisi google form, soal diterima atau tidak urusan belakangan.

Seekers nulis gunung
Gunung enggak cukup didaki, tapi perlu dikasihi


Datang ke Bandung Jalani Program #NulisGunung


Sebuah grup whats app baru muncul saat jelang Hari Ibu. Enggak tahunya saya diizinkan bergabung dalam program #NulisGunung. Ada rasa senang, deg-degan juga penasaran. Setelah waktu pertemuan pertama ditentukan, saya langsung menyusun rencana penginapan dan memesan tiket kereta Parahyangan. Ah, ke Bandung itu memang selalu menyenangkan. Mampu hilangkan rasa bosan.

Rabu malam, pas hari Natal saya sampai di Bandung. Memang kota ini tak pernah sepi pengunjung. Sebelum ke hostel saya sempat bertemu dengan teman-teman lama di daerah Antapani. Sekitar 7 tahun tak pernah mampir ke sini. Memang rindu sekali. Bersyukurnya punya teman baik hati yang mau saya repoti. Habisnya kemauan mereka sendiri sih. Apalagi selalu diantar Si Horrus setiap hari.

pendataan nulis gunung
Baru beberapa peserta yang datang, lainnya masih terjebak hujan

Tadinya jadwal pertemuan pertama selama 3 hari, tapi dipersingkat jadi 2 hari. Aduh, saya sudah  terlanjur pesan kamar penginapan selama 5 har lagi. Ya, enggak apa-apa juga sih, masih ada waktu untuk menjelajahi kota Bandung lagi. Pertemuan pertama diadakan di perpustakaan Ajip Rosidi. Dengan mengandalkan ojek daring tidak sulit mencari tempat ini. Ternyata saya peserta yang datang pertama kali. 

Hujan deras menjadi saksi pertemuan pertama program #NulisGunung. Dari sekitar 20 lebih peserta yang hadir siap menerima rangkaian acara hari itu, cuma saya yang dari luar Kota Kembang. Sebenarnya agak malu, tapi saya coba berusaha enggak kaku. Hari itu, pengisi acara yang datang ada Kang Pepep DW penulis buku "Manusia dan Gunung" dan teh Siska Nirmala penulis buku "Zero Waste Adventure", yang dimoderatori oleh Kang Bagus Setyawan. 

Apa Itu Program #NulisGunung ?


Program #NulisGunung adalah program kolektif dari Gunung Institut yang dalam hal ini bertindak selaku inisiator dan fasilitator. Program #NulisGunung akan diproses, direncanakan, dipersiapkan dan dilaksanakan bersama-sama dengan para seekers. Semua yang terdaftar di dalam grup WA sudah menjadi seekers sepanjang berkomitmen menuntaskan kegiatan #NulisGunung. Program partisipatif  jangka panjang ini tiap kebutuhan personalnya ditanggung oleh masing-masing seekers. 

#NulisGunung dapat diartikan mengumpulkan dan mencatat kembali pengetahuan perihal gunung-gunung tidak hanya sekadar perkara pendakian dan sudut pengambilan foto. #NulisGunung juga diartikan untuk "mengembalikan" kesadaran masyarakat dalam memperlakukan gunung yang arif, perlu dimulai dengan menggali dan memperkenalkan kembali pengetahuan dan merajut kembali perihal gunung-gunung.

Teknik feature cara nulis gunung
Semacam buku pengenalan gunung

Selama 6 bulan ke depan nanti dipadati oleh serangkaian kegiatan #NulisGunung yang sudah disusun dengan baik oleh fasilitator. Untuk hal teknis lainnya bisa dibicarakan ke forum jika ada perubahan. Ini tantangan sekali buat saya yang dari luar kota. Sudah bisa dibayangkan betapa hectic-nya  saya mesti bolak balik Depok-Bandung. Itu sih urusan belakangan deh, bisa cari solusinya nanti.

Kegiatan  utama #NulisGunung antara lain partisipatif, pendataan, kajian, dan penulisan. Kelas #NulisGunung hari pertama diisi oleh Kang Pepep DW memberikan gambaran bagaimana proses kegiatan ini berjalan, salah satunya melakukan riset. Dari hal pencarian data berupa (direktori atau ensiklopedia) berupa pendataan formal yang menggunakan panduan wawancara, kajian lapangan dan narasumber lapangan. Lalu ada penulisan lepas yang mengacu pada kajian personal sumber data dari literatur, hasil pendataan, lapangan, interpretasi, kajian bersama. Kang Pepep juga memberikan sejumlah list data sebagai acuan. Enggak perlu dipakai semua sih, seperlunya aja. 

You know what, gunung yang ada di Bandung jumlahnya berapa? Ada 700 gunung. Saya kaget juga sih, secara kota Bandung itu kan enggak begitu luas tapi bisa sebegitu banyaknya gunung. Gunung yang baru saya daki cuma Burangrang aja. Kayaknya dengan mengikuti program #NulisGunung ini saya jadi lebih tahu tentang gunung-gunung khususnya di Bandung. Wah, pertemuan pertama saja sudah membuat saya tegang.

Cara nulis gunung
Sang mentor, kang Pepep DW

Keesokan harinya (Sabtu, 281219), giliran teh Siska Nirmala yang mengisi kelas #NulisGunung. Hari kedua peserta yang datang sekitar 22 peserta. Tema yang diangkat soal penulisan feature. Masih awam tentunya bagi yang belum tahu tentang cara penulisan ini. Sebenarnya banyak cara menulis yang bisa dipakai oleh para penulis. Namun terkadang tak semuanya bisa tersampaikan dengan baik atau membuat kesan oleh pembacanya.

Jurus pamungkas menulis yang bisa meninggalkan kesan salah satunya feature atau istilah lainnya human interest story. Secara harfiah, penulisan feature merupakan tulisan khas yang bersifat bercerita atau menerangkan sesuatu dan memberikan pendalaman pada unsur why & how. Alasan metode menulis ini diambil karena hasil tulisannya nanti tidak seperti sedang membaca jurnal ilmiah yang berat dengan berbagai istilah.

Teknik penulisan feature mengandung unsur 5W1H (Who, Where, When, What, Why dan How). Tentunya metode menulis ini berbeda dengan straight news yang tulisannya to the point. Penulisan feature itu lebih luwes, mengalir, dan berkesan. Bisa mengangkat isu yang berat menjadi ringan. Tinggal bagaimana kita mengolah kata-kata dengan luwes dan mudah dipahami oleh pembaca.

Rangakaian kegiatan nulis gunung
Kopi dan senja, dua kata yang diulang terus sama
teh Siska Nirmala

Penulisan feature memiliki beberapa karakter yakni Faktual (yang diceritakan kejadian sebenarnya), Bahasa (menarik, tapi tetap tunduk kaidah jurnalistik), Lead paragraph (berupa uraian 5W1H, tidak langsung terjawab di paragraph pertama) - Struktur (tidak pasti, tidak dikekang oleh pola piramida terbalik seperti straight news).

Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik penulisan feature yaitu Lead (membuat orang tergoda untuk membaca), Body (memuat dan menyajikan informasi yang ingin disampaikan), Ending or conclusion (tidak mesti berupa kesimpulan, tapi mengesankan).

Lead paragraph itu seperti pintu gerbang untuk terus memasuki isi tulisan. Sebagai pemicu pembaca agar menuntaskan bacaan tersebut. Maka itu, pengayaan diksi perlu diterapkan.

Body paragraph adalah melanjutkan apa yang dijelaskan pada lead paragraph. Hal yang perlu diperhatikan pada body yaitu data sebagai menyajikan informasi, pilih paragraph penyambung yang tepat (bridge), pilih paraphrase atau kutipan, diksi atau pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu.

Boleh enggak sih angkat tulisan yang temanya agak sensitif? Boleh saja asal dikuatkan dengan data atau fakta yang ada di lapangan. Jadi opini kita tidak dianggap hoax.

#NulisGunung Keren, Dokumentasi Foto Paten


Tulisan bagus saja tidak cukup, tapi diimbangi dengan foto atau dokumentasi yang menarik sebagai penguat atau pendukung dari suatu tulisan. Makanya saya agak bawel kalau minta difotoin sama orang, apalagi demi konten media sosial kerjaan. Pastinya fotonya harus informatif.

Ciri-ciri foto yang informatif itu harus Unik, Detail, Aktual, Empati, Ekspresi, Sosok terkenal, Sudut pemotretan / angle foto. Kalau bisa hindari narsis ya untuk penulisan ilmiah kayak #NulisGunung ini. Selain fotonya, caption itu perlu sebagai penegasan yang tergambar dalam foto dan menjadi kelengkapan agar foto lebih hidup yang berisi informasi kegiatan dan informasi tulisan artikel.

menulis tentang gunung
Masih mau kan lihat pemandangan seindah ini demi anak cucu kita nanti?
Dari atas Gunung Prau

Sebisa mungkin pengambilan fotonya landscape (bukan portrait) karena biasanya penulisan artikel media cetak ataupun online memakai cara pengambilan foto tersebut. Tidak perlu menggunakan kamera profesional, pakai kamera ponsel juga bisa karena semua orang pasti punya kan. Keuntungan memotret dengan ponsel itu cepat menangkap momen, lebih personal, lebih eksplornya, menonjolkan detail. Artikelnya makin keren deh kalau hasil jepretan fotonya paten.

Sampai tulisan ini publish berita banjir masih berseliweran di media sosial dan berita di televisi. Program #NulisGunung makin menyadarkan saya sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam, khususnya bagaimana memperlakukan gunung sebagai mahluk yang Agung dan guru yang Luhung. Bukan hanya sekadar didaki, tapi juga dikasihi. Jadi, saya dan para seekers lainnya mengikuti program ini berupaya menyadarkan, mengembalikan dan mengumpulkan catatan tentang gunung. Doakan ya semoga saya bertahan mengikuti kegiatan #NulisGunung sampai 6 bulan ke depan.


***

21 komentar

  1. Wah..programnya keren euy.. Penasaran dg output dari program ini. Apakah tulisan di web personal, komunitas atau dicetak sebagai buku?

    BalasHapus
  2. Kalau ditelisik lebih dalam lagi akan bisa dapat informasi bahwa jumlah gunung sangat banyak. Wajar karena dialah pasak bumi ini. Sesuai dengan dalil al quran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Bandung aja 700 gunung, gimana seluruh wilayah Indonesia?

      Hapus
  3. keren mba. penasaran aku sama endingnya. apalagi sekarang itu banyak yang wisata ke gunung untuk sekedar kejar konten wkwkk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya itu aku butuh riset ke lapangan langsung biar banyak ilmu yg digali soal gunung.

      Hapus
  4. Aku pengin banget menulis dengan rasa dan kaidah yang benar mengenai menulis.
    Seperti ada 5W 1H.
    Ternyata memang gak semua penulis menerapkan hal yang paling fundamental itu ke dalam tulisan yaa...

    Ikuuutt~

    BalasHapus
  5. Keren banget program #NulisGunung ini mengingat naik gunung aja effortnya besar ditambah menuangkannya ke dalam cerita. Inget dulu kuliah jurnalistik belajar untuk biasain menulis dengan pola 5W1H. Didoain mba, semoga lancar ya ikutan programnya sampai 6 bulan ke depan.

    BalasHapus
  6. Wuah ternyata ke Bandung untuk urusan ini. Apa komunitas ini ada juga untuk menjelajahi gunung2 tertentu secara bersama-sama ??
    Atau sekedar menulis pengalaman / tips mendaki ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komunitas ini khusus untuk riset dan menulis tentang gunung, sementara di Bandung dulu.

      Hapus
  7. Sukses ya buat Program #NulisGunung kece ini mengajak orang kenal dan dekat dengan alam. Pasti banyak gunung yang sudah dikunjungi ya. Keren komunitasnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pribadi lumayan sudah banyak gunung yang didaki, tapi kali ini baru terjun langsung buat riset.

      Hapus
  8. MasyaAllah kamu salah satu blogger yang cinta banget ama gunung yo Mba Nurul wkkwkw
    aku suka naik gunung tapi males dnginnya wakakak.
    Aku suka program ini banget, di daerahku belum ada seru kayaknya jadi semakin mengenal alam dan dekat dengan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Issshh ke mana aja sih mbakyu. Kalau sudah di gunung asyik lho dinginnya.

      Hapus
  9. Asyik banget ni programnya. Semoga program yang sama diadakan juga di gunung-gunung populer lainnya.Misalnya, gunung Rinjani, gitu ^^

    Semakin asyik, karena juga bisa update skill menulis ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sementara ini baru sekitar gunung di Bandung aja. Kalau Rinjani, buat happy-happy aja lah ya. 😆

      Hapus
  10. Semangat mak, dengan bergabung disini nantinya bisa membantu kita-kita mendapatkan informasi juga lho tentang gunung, apalagi di Bandung yang ternyata ada 700 gunung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu, kaget juga sih di Bandung ada sejumlah itu gunungnya.

      Hapus
  11. Jadi, program nulis gunung ini nulis tentang gunung dan seluk beluknya ya. Pasti seru buat yang hobi naik gunung nih

    BalasHapus