Vaksin palsu akhir-akhir ini masih menjadi buah bibir di pemberitaan. Apalagi setelah tertangkapnya para tersangka dari pembuat vaksin palsu. Vaksin palsu terungkap karena adanya keluhan dari masyarakat yang mengaku bahwa balita mereka tetap sakit meski sudah di vaksin. Kemudian pihak yang berwajib menyelidiki keluhan ini dan terkuaknya produsen dan distributor vaksin palsu di daerah Tangerang dan Bekasi.
Memang sangat mengerikan pemberitaan ini. Membuat rasa cemas juga takut bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yaang usianya masih butuh imunisasi. Menjadi dilema besar tentunya. Di jaman sekarang macam penyakit bermunculan, jika anak tidak diberi pencegahan dini, maka fatal efek panjangnya untuk kesehatan anak.
Beruntungnya saya bisa menghadiri undangan dari Media Sahabat Ibu dan Blogger Cronny dalam talkshow mengenai isu vaksin di aula gedung C BPOM,Jakarta dengan narasumber dari BPOM RI yaitu Drs. Arustiyono, Apt, MPH selaku Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT dan Riati Anggriani selaku Kepala Biro Hukum dan HUMAS. Para narasumber yang hadir menjelaskan tentang vaksin, peredaran vaksin palsu dan penentuan mana vaksin yang asli atau palsu.
Apa Itu Vaksin ?
Vaksin adalah antigen mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah berupa toksin berupa mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik terhadap penyakit infeksi tertentu. Vaksin merupakan salah satu produk biologi yang dikategorikan sebagai produk yang beresiko tinggi (high risk) sehingga memerlukan pertimbangan dan perhatian khusus serta pengawasan yang lebih ketat dibandingkan dengan produk obat pada umumnya.
![]() |
(Ki-ka) Pak Arus, bu Riati dan moderator Dyah Loretta |
Seperti pemberitaan yang ada tentang vaksin palsu yang terungkap sudah berproduksi dan beredar sejak tahun 2003. Bisa dibayangkan berapa jumlah anak yang telah dimasuki oleh vaksin palsu. Kemana saja peran BPOM terhadap peredaran vaksin palsu tersebut? Apakah ada korban baru ada pencegahan? Disini BPOM memang bertugas dalam pengawasan obat dalam melindungi masyarakat. BPOM hanya berwenang pada pengawasan produknya, bukan mencabut ijin usaha suatu dinas kesehatan seperti rumah sakit, klinik atau bidan, menutup apotek / toko obat.
BPOM sudah mengerahkan semua BPOM ditiap daerah untuk menyegel vaksin palsu. Sudah dikantongi sekitar 9 propinsi, 27 titik seperti rumah sakit, klinik dan bidan dalam pemberian vaksin palsu. Kebanyakan dari lembaga kesehatan tersebut adalah swasta (bukan milik pemerintah seperti puskesmas dan posyandu). Distributor vaksin dari BPOM itu sudah mendapatkan sertifikasi.
Lalu bagaimana membedakan vaksin yang palsu dan asli? Lakukan dengan cara pembandingan. Sebenarnya saat ini BPOM masih sulit membedakan mana vaksin palsu atau asli. Namun dengan cara melakukan pembandingan seperti
- Lihat kemasan,expired date
- Lihat tutupnya ada bekas congkelan / tidak
- Lihat kekeruhan / kejernihan dari vaksin
- Cetakan tulisan tidak tepat
- Tertera nama pabrik / no.Batch
- Cek di website industri vaksin (botol/kemasan)
Untuk kita sebagai orang awam dengan melakukan pembandingan tersebut, maka akan terlihat yang mana vaksin palsu atau asli. Kira-kira seperti itu pembandingan bagi masyarakat agar tidak terkecoh. Lebih bagus lagi sebelum diberikan vaksin tersebut, tanyakan kepada dokter atau tenaga medis lainnya untuk memastikan asal dari vaksin tersebut. Tepatnya lebih kritis dengan produk yang belum kita ketahui benar. BPOM akan segera malakukan pembandingan dan menginfokan kepada masyarakat yang bisa diakses di website resmi BPOM.
![]() |
Jadwal imunisasi dasar dan pilihan |
Sebenarnya vaksin yang palsu dimaksud selama ini adalah vaksin pilihan. Vaksin pilihan adalah vaksin yang bukan diberikan dari program pemerintah (Hepatitis B, BCG, DTP, POLIO). Vaksin pilihan seperti Rotavirus, Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela, PCV, HPV. Inilah vaksin yang terindikasi palsu. Kenapa? Karena vaksin ini sebenarnya harganya mahal dibandingkan vaksin dari program pemerintah, harganya murah karena dipalsukan. Namun ternyata ada oknum tak bertanggung jawab yang menyalahgunakan program ini. Jangan mudah percaya diimingi dengan harga yang lebih murah. Malah jika itu terjadi patut dicurigakan.
Jadilah masyarakat yang kritis dan cerdas dalam memilih produk, sekalipun vaksin. Tanyakan lebih detail tentang produk tersebut, lihat kemasan apakah ada bagian yang rusak atau masih tersegel rapih, beserta tanggal kadaluarsa juga pabrik distributor. Satu-satunya pabrik yang memproduksi vaksin di Indonesia adalah Biofarma dan itu diawasi oleh BPOM. Jangan sampai anak-anak kita terkena (lagi) efek dari vaksin palsu tersebut.
ngeri banget ya mbak.... gak bisa bayangin kalo oknum itu gak ketangkep
BalasHapusmemang kita hrs lebih cerdas, apalagi di jaman yg canggih sekarang ini
Apalagi sasarannya anak-anak ya, lebih ngeri lagi dampaknya.
Hapuswah thx infonya makin terang deh soal vaksin palsu.
BalasHapusSetidaknya kita jadi lebih paham dan tahu mana yang palsu dan asli,jadi engga terlalu panik kan..
HapusSebenarnya kalau setelah divaksin palsu dan tidak ada efek apa2 yaudah kan ya mbak. Kalau anak sudah besar, ga perlu vaksin ulang.
BalasHapusAgar tidak ragu terhadap datangnya penyakit tersebut, boleh vaksin ulang lagi. Lebih baik tanyakan tenaga medis terlebih dahulu.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusUntuk antisipasiny mungkin sebaiknya vaksin di tempat2 yg terpercaya, seperti milik pemerintah kali ya....
BalasHapusSeperti puskesmas & posyandu itu lebih aman karena milik pemerintah. Mostly instansi kesehatan swasta yg nakal adanya vaksin palsu.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus