Kevin Gani, "Si Pejuang Pangan Berkelanjutan" Menyelamatkan Makanan Surplus Bagi yang Membutuhkan

11 komentar
"Indonesia ini negara pembuang sampah terbesar ke-2 di antara negara-negara G20. Bahkan komposisi sampah di Indonesia paling besar itu makanan, tapi kita belum banyak menaruh perhatian khusus di isu ini. Tapi di sisi lain, masih ada 19,4 juta orang Indonesia masih kelaparan, masih ada yang tertidur dengan perut lapar. Nah, dari latar belakang inilah Garda Pangan kita bentuk, "jelas Kevin Gani, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 Bidang Lingkungan. 

Entah merasa bangga atau tidak dengan kondisi negeri ini. Dibalik kesuksesan perhelatan acara G20 pada tahun 2022, ternyata masalah sampah makanan Indonesia hampir unggul dibandingkan negara-negara sahabat. Kebutuhan utama dalam siklus kehidupan manusia masih butuh perhatian lebih. Karena jika dibiarkan begitu saja, maka efek buruknya bisa merembet ke mana-mana. Makanan yang jadi sumber energi utama, jika jadi sampah malah petaka buat manusia.

Kevin Gani bersama food heroes, sebutan relawan Garda Pangan menyelamatkan makanan berlebih layak konsumsi dari beberapa mitra yang bekerja sama untuk disortir lalu didistribusikan ke warga pra-sejahtera di daerah Surabaya dan sekitarnya. Komunitas ini bukan hanya menangani isu sampah makanan, tapi juga membuka akses pangan berkelanjutan.

Dok. Foto pribadi

Kerugian 3 Sektor Dari Sampah Makanan 

Bersyukurlah kita yang masih bisa mendapatkan makanan sehari-hari dengan mudah. Di luar sana masih banyak orang yang menahan kelaparan dalam tidurnya. Sepiring menu makanan yang kita konsumsi ada proses panjang yang dilalui. Ada keringat petani, bibit, air, sampai biaya transportasi bahan makanan. Sedih rasanya kalau melihat orang banyak ambil makanan, tapi tidak dihabiskan jadi terbuang sia-sia. 

Menurut UU Nomor 18 tahun 2018, sampah makanan (food loss) adalah sisa dari kegiatan sehari-hari dan aktivitas manusia atau bisa juga akibat dari proses alam yang berbentuk padat. Pengertian lainnya yaitu makanan yang terbuang dan tidak termakan serta tidak dapat diolah proses limbah karena telah mengandung zat-zat nggak baik untuk lingkungan. Statistik sampah makanan menunjukkan sepertiga dari makanan dunia atau setara dengan 1,3 miliar ton terbuang tiap tahunnya.

Sampah makanan terbagi dalam 2 kategori, yaitu :
  1. Sisa makanan akibat penyajian yang berlimpah akibat budaya berlebihan dari masyarakat urban atau disebut juga "left over."
  2. Sisa makanan yang terjadi akibat kesalahan perencanaan dan manajemen baik yang masih layak dikonsumsi atau disebut "food waste."

Habiskan makana  mengurangi sampah makanan sampai ke TPA

Efek dari sampah makanan merugikan 3 sektor. Dari sektor ekonomi tentu sangat merugikan karena dapat menyebabkan moneter akibat dari pemborosan makanan, ancaman hilang lapangan pekerjaan, kelangkaan pangan, dan banyaknya sumber daya yang ikut terbuang sia-sia. 

Dari sektor lingkungan, sampah makanan  yang terkumpul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menghasilkan gas metana (CH4) yang sangat berbahaya. 42% komposisi sampah di Indonesia adalah dari sampah makanan yang mengeluarkan gas metana di mana 23 kali lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida (CO2) yang memperparah krisis iklim dan turut berkontribusi terhadap pembakaran di TPA. Inilah dampak yang tidak disadari oleh masyarakat. 

Masih ingat peristiwa ledakan dan tanah longsor di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat tahun 2005?  Kejadian ini termasuk salah satu bencana lingkungan terbesar di Indonesia. Dua pemukiman tertimbun longsoran sampah dan menewaskan sekitar 157 orang.

Dari sektor sosial, ini yang paling ironi. 1 warga Indonesia bisa membuang rata-rata 300 kilogram sampah makanan per tahunnya, namun di lain sisi masih ada 19,4 juta orang Indonesia masih mengalami kelaparan, bahkan di dalam kondisi tidurnya. Keadaan yang sangat bertolak belakang. 

Garda Pangan, Menyelamatkan Makanan Surplus Bagi yang Membutuhkan 

Bukan tanpa alasan Kevin Gani bergabung di Garda Pangan sejak awal didirikan tahun 2017. "Keluargaku itu punya prinsip kalau pesan makanan di luar, mending pesan lebih daripada kurang. Setelah pesan banyak makanan karena lapar mata, tapi makanan berlebihnya banyak. Di bawa pulang, taro di kulkas sampai berhari-hari, enggak dimakan juga akhirnya dibuang. Bertemu dengan program food rescue dan sadar kalau makanan berlebih itu sebenarnya bisa didistribusikan ke keluarga yang membutuhkan. Jadi lebih memengaruhi keluarga juga kalau di Surabaya masih banyak warga yang perlu dibantu akses pangannya. Kemudian saya ajak saudara-saudara untuk food rescue, lambat laun kebiasaan mending berlebih daripada kurang, berkurang di keluarga kami," jelas Kevin Gani. 

Kini status jabatannya sebagai direktur di Garda Pangan. Ia bersama para pendiri punya keresahan yang sama terhadap sampah makanan di Indonesia. Belum banyak yang tahu tentang fakta-fakta dan kerugian-kerugian yang disebutkan di atas menjadi latar belakang Garda Pangan didirikan. Terutama fakta Indonesia menjadi negara pembuang sampah terbesar ke-2 di dunia setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Dok. Foto website Garda Pangan 

Garda Pangan adalah gerakan food bank yang bertujuan menjadi pusat koordinasi makanan berlebih atau surplus dan berpotensi terbuang dari industri hospitality (restoran, cafe, catering, bakery) atau individu untuk nantinya disalurkan kepada masyarakat kurang mampu di wilayah sekitar Surabaya.

Garda Pangan memiliki dua visi besar yaitu mengurangi isu sampah makanan di Indonesia dan membantu membuka akses pangan  sehingga tercipta kesetaraan akses pangan. "Why you bin it when you can feed people in need?" menjadi moto mereka, yang artinya untuk apa makanan  dibuang sementara masih banyak orang yang membutuhkan.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Garda Pangan. Pertama, food rescue yaitu pengumpulan atau upaya penyelamatan makanan surplus yang dihasilkan oleh industri hospitality dari potensi terbuang.  Makanan surplus ini akan diperiksa kembali kualitasnya,  dikemas ulang lalu didistribusikan ke masyarakat yang membutuhkan secara bermartabat.

Dok. Foto Garda Pangan

Food rescue dilaksanakan tiap hari Senin, Rabu, Jumat berkisar 4 jam. Hari Minggu untuk dapur umum bisa sampai 8 jam, tergantung kondisi di lapangan. Hal yang menjadi tantangan saat food rescue yaitu mayoritas makanan basah, maka harus cepat disalurkan ke warga. Jadi saat diterima masih dalam kondisi yang layak dimakan. "Food rescue kita ini bisa sampai malam karena menunggu teman-teman relawan pulang kerja," jawab Kevin Gani melalui voice note whatsapp.

Agar kegiatan berjalan lancar, Garda Pangan melakukan pendekatan dengan skema kerja sama sesuai kebutuhan dari bisnisnya. Sudah banyak mitra yang bekerja sama seperti restoran, catering, pasar organik, festival kuliner, bakery. Bahkan bermitra dengan Hotel Sheraton, Nestle dan Sayurbox.

Karena konsep bank makanan  masih awam di Indonesia, maka tantangan Garda Pangan melakukan pendekatan yang cukup kuat kepada mitra untuk mempercayakan donasi makanan surplusnya untuk didonasikan ke Garda Pangan.

"Setelah proses pengambilan makanan dari mitra, ada proses sortir di base camp kami. Kita juga punya SOP untuk memastikan makanan-makanan itu layak dengan metode organoleptik yaitu mengecek kelayakan makanan dari alat indra kita sendiri. Misal dari visualnya,  lihat ada perubahan warna atau ada jamur. Dari segi aroma, ada bau apa yang enggak seharusnya pada makanan itu seperti bau amis, dll. Lalu kita random test, kita cobain makanannya. Dari sortir hingga pendistribusian wajib menggunakan sarung tangan untuk memastikan makanan tak tersentuh langsung," jelas Kevin Gani.

Dok. Foto Garda Pangan

Setelah makanan selesai disortir, relawan mendistribusikan secara door to door, mayoritas kampung-kampung pra sejahtera. Makanan dibawa dengan container, lalu dibagikan ke piring-piring warga. Sejak awal Garda Pangan didirikan telah menyalurkan lebih dari 577.000 porsi makanan kepada hampir 28000 penerima manfaat. 

Siapa saja penerima manfaatnya? Garda Pangan sudah punya data base penerima manfaat atau kantung kemiskinan sekitar 205 titik. Dari jumlah titik itu terdiri dari kampung, pra-sejahtera, yayasan, panti asuhan, shelter, tuna wisma, rumah singgah dan anak jalanan. Untuk menentukan tempat penerima manfaat ada proses assessment-nya. Ada relawan yang datang ke penanggung jawab daerah tersebut, misalnya RT atau RW untuk mendata KK, demografinya, sampai punya kulkas atau nggak. Assessment ini guna memastikan donasi yang disalurkan Garda Pangan tepat sasaran. 

Dok. Foto Garda Pangan

Kegiatan selanjutnya ada food drive yaitu penggalangan atau pendonasian makanan surplus yang dilakukan pada momen-momen tertentu. Misalnya pengumpulan kue kering berlebih setelah hari raya Idul Fitri atau dapur umum saat bencana alam. Donasi bisa ditempatkan di kotak-kotak donasi di beberapa titik atau diantarkan langsung oleh relawan Garda Pangan. 

Terakhir yaitu cleaning mengumpulkan hasil panen berupa sayur dan buah yang terbuang karena tidak memenuhi standar penampilan yang diinginkan pasar. Biasanya dilakukan setelah panen. Garda Pangan percaya bahwa ugly produce masih layak dimakan dan sama nikmatnya.

Edukasi tentang food waste bisa diberikan melalui kegiatan kids education lewat permainan yang menyenangkan. Garda Pangan percaya bahwa kesadaran mengurangi sampah makanan  bisa dipupuk sejak dini. Garda Pangan juga turut menyebarkan kampanye kreatif pengurangan sampah makanan di media sosial atau car free day.

Dok. Foto Garda Pangan

Perekrutan relawan atau food heroes melalui 2 sistem yaitu relawan inti dan relawan harian. Relawan inti dari orang-orang yang berkomitmen mengikuti kegiatan Garda Pangan, sedangkan relawan harian dari masyarakat umum yang ingin gabung.

Kini, Garda Pangan melibatkan  lebih dari 1500 harian dan 30 relawan inti. Merekalah yang menjemput dan mengantarkan makanan kepada masyarakat pra-sejahtera di Surabaya. Tentu ada syarat dan ketentuan jika ingin bergabung menjadi relawan Garda Pangan, salah satunya ikut food rescue minimal 10 kali. Relawan bisa berasal dari individu, keluarga atau komunitas.

Mengolah Makanan Tidak Layak dengan Teknologi Black Soldier Fly 

Dalam penyortiran makanan pasti ada makanan yang benar-benar tidak layak konsumsi. Kevin Gani dan tim Garda Pangan tidak melepas makanan begitu saja ke TPA. Mereka mengolahnya lagi menjadi pakan ternak dengan proses biokonversi yaitu proses mengubah limbah organik menjadi sumber energi atau produk yang dapat digunakan melalui agen biologis berupa mikroorganisme, enzim atau detritivora. 

Dok. Foto dari e-booklet 15th SATU Indonesia Awards 2024

Proses ini menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF) yang memanfaatkan larva lalat atau maggot untuk mendegradasi sampah organik.  Teknologi ini dapat mengolah sampah makanan sebanyak 800 kg per hari, rencananya akan ada peningkatan menjadi 2 ton. Jika terus ada peningkatan maka residu yang berakhir di TPA akan naik signifikan dan mengurangi dampak buruk dari sampah makanan terhadap lingkungan. 

"Harapan keberlanjutan terhadap Black Soldier Fly (BSF) yaitu Garda Pangan jadi one stop solution food loss and waste, makanan berlebih yang masih sangat layak untuk didistribusikan ke warga pra-sejahtera, lalu makanan yang tidak layak kita pakai pengolahan organik dengan metode BSF agar semua sampah terproses secara bertanggung jawab dan tidak ada residu yang terbuang sampai ke TPA," jelas Kevin Gani.

Dok. Foto pribadi

Usaha Kevin Gani untuk menguatkan isu sampah makanan enggak sia-sia sehingga berhasil  menjadi 1 dari 5 Penerima Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024 Bidang Lingkungan. Acara yang diusung oleh PT Astra Internasional merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Sejalan dengan cita-cita Astra untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia, Garda Pangan ikut berkontribusi di beberapa poin dari 17 poin yang ada. Antara lain Zero Hunger (poin 2), Health and Well-being (poin 3), Sustainable Cities and Communities (poin 11), Responsible Consumption and Production (poin 12dan Climate Action (poin 13). 

"Kalau perasaan sangat happy yah, dan enggak nyangka juga bisa menang, tapi bakal jadi tanggung jawab besar dan makin semangat untuk membantu mengurangi isu sampah makanan ini. Harapan kami bisa jadi one stop solution food loss and waste," kata penutup Kevin Gani tentang harapan selanjutnya bersama Garda Pangan. 

***

Sumber refrensi : 

1.E-booklet 15th SATU Indonesia Awards 2024

2.https://gardapangan.org/

3.Wawancara via WhatsApp

4.https://lindungihutan.com/blog/dampak-sampah-makanan/

5.https://unnes.ac.id/feb/sejauh-mana-indonesia-darurat-sampah-makanan/

6.https://bandungkita.id/2024/02/24/mengenang-tragedi-leuwigajah-kisah-kelam-bandung-lautan-sampah/


11 komentar

  1. Keren Kevin Gani., sudah berbuat yang bermanfaat untuk sesama. Good luck juga buat Kak Nurul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya keren gerakan atau komunitas yang ia dan relawan lainnya jalani. Terima kasih banyak kak.

      Hapus
  2. Saya sudah lama menerapkan makan harus habis di piring biar tidak mubazir. Yang sebel tuh kalau lagi makan bareng beberapa teman terus banyak yang gak habis makanannya. Kalau teman dekat sih saya masih bantu habisin, tapi kalau gak kan ya gimana ya.

    Ide si Kevin Gani ini bagus juga ya, bisa jadi inspirasi untuk semua orang di mana pun.

    BalasHapus
  3. Bagus ini ada kegiatan edikasi juga kepada anak-anak. Jadinya dari sejak dini sudah diajarkan agar menghabiskan makanan yang kita ambil sehingga sampah sisa makanan gak ada lagi

    BalasHapus
  4. Ngomongin Food Waste jadi ingat salah satu acara yang digelar Pemkab Karawang yang bikin tumpeng berbentuk peta Karawang & berhasil memecahkan rekor MURI.
    Dari pemerintahnya saja belum sadar cara mengantisipasi food waste.
    Syukurlah ada Garda Pangan yang bisa menyalurkan kelebihan makanan ke orang yang tepat agar tak mubazir.
    Mudah² han bisa menjangkau banyak daerah di pelosok negeri

    BalasHapus
  5. masih PR besar soal food waste padahal ya miris banyak yang gabisa beli makanan layak. Gerakan kayak gini semoga meluas

    BalasHapus
  6. Sebagai warga surabaya, aku ikutan bangga dengan kevin gani ini
    Apa yang dilakukan oleh garda pangan ini menyelamatkan makanan mengentaskan kemiskinan
    Kebetulan sekolah anakku beberapa waktu lalu, ikuta jadi relawan garda pangan sehari

    BalasHapus
  7. ide sederhana tapi banyak manfaat, selamat untuk mas kevin gani, dan senang sekali Astra setiap tahun selalu memberikan apresiasi

    BalasHapus
  8. Di tangan orang yang tepat, mas Kevin Gani, makanan menjadi terselamatkan dan bisa didistribusikan secara tepat kepada yang membutuhkan. Melalui program food rescue melalui food heroes, semua makanan bisa bermanfaat, gak hanya untuk manusia, bahkan untuk makhluk hidup lain.

    BalasHapus
  9. Kalo gue rul udah diajarkan sama almarhum bokap mengenai makanan yang kita ambil harus habis kalo emang ga pernah habis ambil secukupnya supaya ga mubazir. Alhamdulillah sampai skg Masih dijalankan sampai detik ini

    BalasHapus
  10. Baru minggu lalu denger YouTube Nadia Omara bahas soal tragedi di Leuwigajah Bandung.. Parah ya sampah, terutama sampah-sampah organik sisa makanan kalau nggak diurus bisa jadi bencana.

    Salut banget sama Kevin Gani dan Garda Pangan. Bisa menyelamatkan makanan yang akan jadi sampah.. Malah dari situ bisa membantu banyak masyarakat juga.. Semoga makin banyak program kayak gini supaya smapah bisa terkontrol ya..

    BalasHapus