Implementasi Energi Terbarukan untuk Mengatasi Krisis Iklim di Indonesia

Tidak ada komentar
Akhirnya musim hujan tiba, setelah melewati musim kemarau yang cukup panjang. Air di sumur tiap rumah tertampung lagi. Seharusnya musim hujan sudah dimulai sejak bulan September atau Oktober, namun baru awal bulan November hujan turun. Pergantian musim yang lambat ini disebabkan oleh perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang mengenai suhu dan pola cuaca yang khas di suatu tempat yang mana menyebabkan pola cuaca di suatu tempat tersebut kurang dapat diperkirakan. Jadi, Indonesia mengalami pergeseran pola cuaca atau krisis iklim.

energi terbarukan di Indonesia

Banyak cara mengatasi krisis iklim seperti menghemat energi, menggunakan transportasi publik atau mengurangi limbah plastik. Nah, salah satu yang sedang hangat diperbincangkan dalam mengatasi krisis iklim yaitu energi terbarukan (renewable energies) dalam online gathering ke-5 bertema "Mengulik Energi Terbarukan yang Sedang Ramai Diperbincangkan" bersama Eco Blogger Squad pada 17 November 2023.

Apa Itu Energi Terbarukan?

Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber daya alam yang sudah tersedia dan cepat dihasilkan kembali sehingga tidak akan habis karena terbentuk dari proses alam berkelanjutan. "Karakteristik energi terbarukan yang seperti itu tidak gampang habis ya, karena memang sudah terbentuk dari siklus alam yang ada," jelas Refina Muthia Sundari selaku Research Manager of Traction Energy Asia narasumber online gathering.

Energi terbarukan merupakan "kunci" dalam mengatasi iklim. Kok bisa? Bisa banget dong! Karena energi terbarukan itu : 
  1. Rendah emisi 
  2. Ramah lingkungan
  3. Bahan baku lebih murah 
  4. Berpotensi munculnya lapangan kerja baru
Secara global, penggunaan energi terbarukan mampu menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita, di mana emisi karbon atau emisi gas rumah kaca penyumbang terbesar atau punya andil besar dalam krisis iklim.

macam energi terbarukan

Energi terbarukan juga melewati proses pembakaran (Combustion) seperti energi fossil, akan tetapi dampak yang ditimbulkan energi terbarukan tidak sebesar dari energi fossil. Proses pembakaran batu bara menimbulkan karbonmonoksida, karbondioksida, sulfur dan nitrogenoksida yang merangkap gas efek rumah kaca serta polutannya mengakibatkan banyak penyakit dalam jangka panjang.

Membahas eneegi terbarukan tidak lepas dari peran pemerintah dan juga ekosistem pendukung lainnya. Indonesia setidaknya punya 4 kebijakan energi terbarukan sebagai pengimplementasiannya untuk menghadapi ketidakpastian pasar.

Di tingkat internasional terkait energi terbarukan, Indonesia sudah menandatangai Paris Agreement pada tahun 2016 yaitu mengumpulkan berbagai negara di seluruh dunia untuk meyetujui percepatan penurunan emisi di negara-negaranya. Hasil tanda tangan dari perjanjian ini disahkan melalui UU No.16 Tahun 2016.

Kebijakan untuk energi terbarukan

Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru tahun 2022 sektor energi salah satu prioritas dalam penurunan emisi dengan strategi mitigasi yaitu pembangkit listrik dengan energi terbarukan, instalasi panel surya atap, penggunaan bioenergi di sektor transportasi, dan bahan baku pembangkit dari biomassa. 

Bahkan pada perhelatan G20 menghasilkan Bali Compact yang bertujuan mempercepat target Net Zero Emition (NZE) di masing-masing negara anggota dan ada 9 prinsip yang melandasi implementasi pencapaian NZE tersebut. 

Indonesia juga mendapatkan sejumlah tawaran pendanaan dari melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) sebuah program kemitraan Indonesia bersama negara maju yang diluncurkan pada KTT G20 dengan komitmen pendanaan mencapai $20 Miliar USD.

Implementasi Energi Terbarukan untuk Mengatasi Krisis Iklim di Indonesia

.
1. Geothermal (Panas Bumi)
For your information, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar ke-2 di dunia. Ini sebuah kabar yang mengejutkan, bukan? Energi panas bumi dihasilkan dan tersimpan di dalam inti bumi. Bagaimana energi ini bisa dihasilkan menjadi listrik?

Dari air tanah dipanaskan dengan panas bumi, kemudian air akan menguap, dan uap inilah yang menggerakkan turbin dan generator, dan menghasilkan listrik. Uap sisa dari menggerakan turbin dimasukkan kembali ke dalam bumi sehingga siklusnya terus berulang. 

Meskipun pemanfaatan geothermal berkelanjutan, ada dampak yang perlu diantisipasi yaitu : 
  • mempengaruhi sumber daya air karena menggunakan air yang sangat banyak untuk menghasilkan uap.
  • potensi efek gas rumah kaca dari proses ekstraksi panas bumi.
  • potensi gangguan biologis yang menimbulkan seringnya gempa bumi.
  • merusak ekosistem 

2. Tenaga Surya (Matahari)
Energi matahari tidak terbatas, rendah emisi dan sumber energi terbesar di bumi. Radiasi yang dipancarkan oleh matahari ditangkap oleh panel surya dan diubah menjadi energi listrik. PLTS terkenal di Indonesia yaitu Terapung Cirata di Purwakarta, termasuk PLTS terbesar di Asia Tenggara yang memiliki luas 200 hektar mengapung di waduk. Ada juga implementasi PLTS Atap yang digunakan oleh rumah-rumah atau perkantoran.

Kelemahan dari pembangkit listrik energi surya yaitu sangat tergantung pada kondisi cuaca. Indonesia termasuk negara yang beruntung berlimpah sinar matahari, tapi untuk beberapa negara tidak memungkinkan. Selain itu biaya pemasangan panelnya sangat mahal, jadi tidak semua menjangkau biayanya. 

3. Bioenergi
Bioenergi adalah energi terbarukan yang dihasilkan dari sumber biologis atau biomassa yang umumnya dari tanaman. Jenis sumber biomassanya yaitu kelapa sawit, kayu, tebu dan minyak jelantah. 

Pada dasarnya bahan baku yang dipakai berasal dari limbah kayu, limbah hutan atau limbah industri. Bioenergi juga menghasilkan green diesel, bioavtur dan biodiesel. 

Perkembangan bioavtur di Indonesia sudah masuk dalam uji jalan pesawat dan diujikan pada Garuda Indonesia pada bulan Oktober lalu. Bahkan Kilang Hijaunya berada di Cilacap. Dari bioenergi ada Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm) yang sudah dibangun di beberapa provinsi di Indonesia dan akan dibangun tahun 2024 di Mentawai.

Sayangnya, kabar buruk dari pembangunan PLTBm ini mengancam masyarakat adat di sana karena akan ada kerusakan hutan sehingga mengganggu pola hidup. Deforestasi juga akan terjadi jika penggunaan biomassa yang terlalu masiv. 

Terkait dengan bioenergi, minyak jelantah salah satu sumber energinya. Traction Energy Asia melakukan riset yang cukup intensif dalam mengolah minyak jelantah yang berpotensi energi yang menyerupai minyak kelapa sawit. Minyak jelantah merupakan limbah rumah tangga yang berasal dari minyak goreng. Tiap tahun ada kenaikan konsumsi minyak goreng sebanyak 2,32%.

Campuran minyak jelantah dan minyak kelapa sawit dapat menurunkan emisi sebanyak 2,4 




Tidak ada komentar