Yuk, Disiplin Lakukan Adaptasi Kebiasaan Baru

Tidak ada komentar
Tahun 2020 tinggal beberapa bulan lagi. Kegiatan selama pandemi tidak ada yang berubah, masih berkutat di lingkungan sekitar rumah. Secara saya hanya seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan urusan domestik. Ditambah sedang hamil pula, jadi benar-benar minim kegiatan di luar rumah. Semua aktivitas yang dulu dilakukan di luar, kini berputar 180°  harus dilakukan di rumah saja.


Pandemi Covid-19 memang mengubah semua perlakuan sehari-hari menjadi sangat eksklusif. Mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru yang sebelumnya tak pernah saya pikirkan. Kalau dulu cuek bersih-bersih habis pegang itu ini, sekarang nggak bisa lagi. Langsung cuci tangan pakai sabun sampai bersih. Memang nggak mudah dijalani karena perlu disiplin lakukan adaptasi kebiasaan baru. 

Salah satu kegiatan adaptasi kebiasaan baru seperti halnya dengan seminar yang saya ikuti pada tanggal 30 September 2020. Biasanya ikut seminar di ruang serba guna hotel, selama pandemi  seminar diubah melalui daring. Kali ini seminar online bareng bareng blogger di masa pandemi "Yuk Disiplin Covid-19 Ambyar" diselenggarakan oleh Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan. 3 narasumber yang mengisi acara antara lain : 
  1. dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
  2. Dr. Rose Mini Agus Salim, M.Psi. atau yang akrab dipanggil Bunda Romi.
  3. Wardah Fajri, Founder dan Mentor Komunitas Bloggercrony.
Tiap narasumber memberikan pemaparan yang menarik dan berisi seputar edukasi protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru.


Hingga kini data kasus Covid-19 terus meningkat. Indonesia memiliki kenaikan angka yang sangat drastis semenjak bulan Maret-September 2020. Berdasarkan jenis kelamin data menunjukkan kaum laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita yang terdampak virus sampai meninggal dunia. Sedangkan dari kelompok umur paling banyak usia 60 tahun ke atas. 

Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2). Gejala klinis yang timbul antara lain letih, lesu, sakit tenggorokan, demam lebih 37,3°C , batuk pilek dan gangguan pernapasan. Penularannya bisa dari droplet atau tetesan cairan yang berasal dari batuk, kontak pribadi, menyentuh benda lalu memegang tangan, hidung atau mulut tanpa cuci tangan.

Mudahnya virus ini menyebar karena faktor pendorong tranmisi : 
  1. Jumlah populasi di Indonesia ( tahun 2020 sebanyak 268 juta jiwa).
  2. Praktek cuci tangan masih rendah, hanya 50,2%.
  3. Pelaku perjalanan, baik di bandara, pelabuhan dan  Perbatasan Lintas Batas Darat Negara.
  4. Jumlah ISPA berat di 6 RS sentinel.
  5. Jumlah populasi tinggal di wilayah urban.

Kondisi ini diperberat lagi dengan faktor lainnya seperti orang yang masih cuek, takut, informasi yang salah alias hoax, stigma, adanya isolasi mandiri, kekhawatiran populasi berisiko, belum adanya vaksin hingga kematian. Menurut saya faktor kematian yang paling bikin parno. Tiap hari pasti ada berita yang meninggal dunia dan dimakamkan di Pondok Ranggon. 

Kepatuhan masyarakat terhadap melawan virus Corona perlu diketatkan lagi. Menurut hasil survei Balitbangkes, Kementrian Kesehatan secara online lewat media sosial, sekitar lebih dari 50% sulit jaga jarak dengan orang lain. Mungkin kalau berjauhan bikin kangen kali ya 😄. Ini hanya soal belum terbiasa menjalani adaptasi kebiasaan baru mulai dari cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, olahraga rutin dll.

Hasil servei penderita Covid-19
Hasil survei menunjukkan wanita lebih disiplin dibandingkan pria

Tiap individu mesti sadar betul dengan protokol kesehatan yang berlaku. Tentunya dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya yang harus dilakukan agar masyarakat dapat menjalani kehidupan berdampingan dengan Covid-19. Kita jadi lebih aman dan produktif jika melakukan protokol kesehatan dengan benar. 

Adaptasi kebiasaan baru diterapkan di semua tatanan kehidupan. Di pasar, tempat kerja, tempat umum, tempat ibadah, tempat pendidikan. Masyarakat wajib terbiasa melakukan adaptasi baru. Ingat untuk selalu disiplin lakukan adaptasi kebiasaan baru dengan pakai masker, sering cuci tangan pakai sabun, tidak bersalaman, kalau sakit mendingan di rumah saja, bawa peralatan pribadi, dan jaga jarak aman.

Perilaku adaptasi kebiasaan baru bisa dimulai dari lingkungan keluarga karena dari komunitas kecil inilah garda terdepan pencegahan Covid-19. Disiplin melakukan adaptasi kebiasaan baru di rumah, akan terbawa ke lingkungan masyarakat. Tetap perhatikan Perilaku Keluarga SaJa (Saling Jaga) saat masuk rumah, di dalam rumah serta di luar rumah. Oleh karena itu, harapan dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes bagi komunitas blogger bisa menjadi agent dalam edukasi protokol kesehatan terkait pesan 3M dalam pencegahan Covid-19 serta menjadi inspirator untuk keluarga, lingkungan dan masyarakat. 

Dari sisi psikologis yang dipaparkan oleh Dr. Rose Mini A.P., M.Psi atau yang akrab dipanggil Bunda Romi, ada beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran diri di dalam adaptasi kebiasaan baru. Perlu adanya disiplin dan semangat menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi. Ini menjadi sebuah tuntutan di segala tatanan kehidupan. 

Masyarakat belum sepenuhnya menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Mengapa? Karena ada dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya moral virtue dan kesalahan proses belajar, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh aturan tidak baku, tidak ada role model, perlu adanya konsekuensi ketat dan relevan. 

Lalu, bagaimana membentuk disiplin pada protokol kesehatan? Tentunya dari kedua faktor di atas perlu dilakukan secara bersamaan. Jika disiplin diri sudah dilakukan dengan benar, maka faktor eksternal bisa dikurangi. Dengan begitu kedisiplinan terbentuk dengan baik. 

Faktor disiplin adaptasi kebiasaan baru
Kedua faktor yang perlu diperhatikan pada adaptasi kebiasaan baru

Jangan pernah lelah untuk meningkatkan kesadaran dan disiplin diri terhadap protokol kesehatan. Mari lebih diperkuat lagi moral virtue-nya, lebih kenal lagi manfaat 3M, permudah jalani adaptasi kebiasaan baru (misal sedia masker lebih dari 2 atau peletakkan sabun dan air bersih di lokasi yang terjangkau), KONSISTEN, pastinya mulai dari DIRI SENDIRI, lalu KELUARGA, kemudian jadi CONTOH UNTUK LINGKUNGAN. 

Kebetulan saya terjun di dunia perbloggingan dan berkecimpung di komunitas juga, maka di era pandemi ini punya peran dalam disiplin protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru. Wardah Fajri selaku founder Bloggercrony Community (BCC) membagikan pengalaman kegiatan komunitas yang telah dijalani bersama anggotanya. Dengan tujuan untuk menyebarkan pesan positif pro-kesehatan gerakan nasional #SelaluPakaiMasker di media sosial. 

Cuci tangan pakai sabun
Di depan minimarket ini selalu menyediakan tempat cuci tangan

Sebagai komunitas blogger yang erat kaitannya dengan literasi digital, maka BCC menyebarkan pesan dan kegiatan positif lewat  diskusi, edukasi dan aktivasi. Lewat edukasi dan diskusi biasanya di WhatsApp grup dan media sosial berupa kuliah WhatsApp (kulwap) atau live Instagram. Lewat aktivasi BCC mengajak anggota untuk membuat postingan tentang kegiatan adaptasi kebiasaan baru. Misalnya foto bareng sama penjual makanan yang taat dengan protokol kesehatan. Bulan Agustus lalu juga turut hadir di acara gerakan nasional #SelaluPakaiMasker di GBK. 

Sedikit banyaknya peran komunitas di masa pandemi ini semoga berdampak luas ke masyarakat. Pesan founder BCC yaitu kembangkan lagi bekal ilmu untuk bekal diri supaya nggak kuncup semangatnya. Dalam berkomunitas  tentunya sangat dibutuhkan untuk saling menguatkan.

Gerakan selalu pakai masker
Ikut partisipasi pasang twibbon kampanye gerakan nasional #SelaluPakaiMasker 

Adaptasi kebiasaan baru itu ibarat wanita yang baru pertama kali berhijab. Begitupun dengan memakai masker saat awal-awal. Tapi pandemi sudah berjalan selama 7 bulan harusnya mematuhi protokol kesehatan secara disiplin bukan hal tabu lagi. Oh ya, saya pernah menonton podcast Deddy Corbuzier di YouTube dan mengundang dr. Tirta. Dokter mengatakan bahwa, 3M saja nggak cukup tapi tambah 1 M yaitu Makan. Karena situasi masyarakat sekarang sudah kebanyakan hopesless dengan disiplin protokol kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah juga memikirkan urusan perut rakyat supaya logika tetap berjalan dan otomatis imunitas tubuh terjaga. Bahkan rapid test bukan penentu seseorang terkena virus Corona atau tidak. 

Jadi, kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Nggak ada satupun orang yang tahu. Kita masih harus bertahan dalam kondisi ketidakpastian. Tahun 2020 segera berakhir, berharap ada jalan keluar terbaik di tahun berikutnya. Jangan kasih kendor pakai masker, terus disiplin lakukan adaptasi kebiasaan baru.


***

Tidak ada komentar