3 Arti Menulis Bagi Kaum Ibu

4 komentar
Selama 7 tahun jadi seorang ibu banyak sekali pengalaman hidup yang saya dapatkan. Mulai dari masa kehamilan, melahirkan, menyusui, memberikan MPASI, pantau tumbuh kembang anak, sampai urus sekolah. Wah, pokoknya campur aduk rasanya.  Tapi disitulah saya mendapatkan keseruan dalam hidup.

3 artie menulis bagi kaum ibu

Banyak hal bagi seorang ibu untuk melepaskan stress. Kalau saya biasanya nonton film, menulis, atau keluar rumah sebentar. Tapi situasi sekarang sedang enggak baik bagi kesehatan bersama, maka saya mengurangi keluar rumah untuk hal yang enggak penting banget. Salah satu melepaskan kesumpekan hati dan pikiran saya yaitu dengan cara menulis. Menulis bisa dengan media pensil dan kertas atau digital. Kebetulan media menulis saya saat ini adalah blog.

3 Arti Menulis Bagi Kaum Ibu


Kenapa harus menulis sih? Berikut 3 arti menulis versi kaum emak-emak seperti saya:

Mengosongkan Pikiran

Banyak hal yang dipikirkan dalam otak ini sampai menumpuk rasanya. Apalagi kalau ada ide yang belum tersalurkan dalam kata-kata. Semakin banyak ide, malah makin bingung memilihnya. Makanya kalau sudah ada ide atau minimal judul saja, saya simpan segera dalam draft blog. Supaya saya tidak lupa bahan tulisan apa yang ingin saya utarakan. Mencari ide judul tulisan yang menarik pembaca itu tidak mudah, oleh karena itu kalau tiba-tiba dapat ilham langsung saya buat. 

Memang benar kalau ide itu mahal. Karena mendapatkannya juga butuh waktu, kekreatifan berpikir atau kondisi seseorang. Jadi, menulis itu mengurangi satu per satu isi pikiran saya. Ibaratnya mengurai benang kusut yang menggumpal dalam otak. Kalau satu ide sudah keluar, pikiran ini lebih santai. 

Walaupun otak ini terus berpikir, setidaknya kalau dituangkan dalam ide tulisan jadi meringankan kerja otak. Tidur lebih nyenyak.

Mencurahkan Isi Hati

Siapa sih yang enggak suka curhat?  Semua orang kayaknya suka ya. Kalau kaum ibu biasanya yang dicurhatin itu seputar keluarga atau sekolah anak. Media curhatnya juga macam-macam, bisa di grup chat WA atau media sosial. Awas, jangan kebablasan curhatnya. 
Menulis jadi cara saya mencurahkan isi hati. Apa yang ada dalam hati jika saya tuangkan dalam kata-kata rasanya lega. Isi tulisan saya juga mengalir begitu saja, kayak enggak perlu banyak kata yang dipikirkan lagi. 
Akhir-akhir ini banyak sekali hal-hal yang ingin saya curahkan dalam tulisan. Saya ingin menumpahkan segala unek-unek yang mengganggu pikiran dan bikin hati resah. Curhatan itu menjadi sebuah tulisan organik yang enggak ada pesan sponsor di dalamnya. Tulisan curhatan itu mempunyai pengalaman tersendiri, seperti yang saya ceritakan tentang meninggalnya ayah atau ulang tahun ke 3 Sagara.
menulis kreatif
Menulis memiliki banyak arti, cukup 3 saja bagi seorang ibu seperti saya

Mengasah Ingatan 

Menulis itu berat, seperti rindunya Dilan ke Milea. Makanya kalau ada yang bilang menulis itu mudah, artinya orang tersebut belum menghasilkan sebuah tulisan. Enggak usah nulis fiksi 500 kata deh, coba bikin caption 100 kata di instagram. Kalau enggak ada ide dan pengetahuan yang ingin disampaikan, tulisan itu enggak bakal terwujud.

Menulis itu butuh konsentrasi. Otak ini enggak akan bekerja dengan baik jika sistem pendukungnya kurang memadai, salah satunya yaitu situasi yang kondusif. Makanya saya kalau menulis itu memilih waktu pada malam hari. Situasi di rumah sudah sepi.

Menulis itu mengasah ingatan. Karena harus menuangkan kata-kata sesuai informasi yang diperoleh. Informasi bisa diperoleh dari buku atau artikel yang dibaca atau saran dari orang-orang berkompeten. Kalau bisa informasinya mesti up to date biar relevan dengan kondisi pembaca.

Kira-kira itulah 3 arti menulis bagi kaum ibu seperti saya. Kalau masih merasa kurang dengan hasil tulisannya saat ini, bisa coba mengikuti pelatihan yang ditawarkan. Sudah banyak tawaran pelatihan menulis di media sosial dari yang gratis sampai berbayar. Tinggal pilih sesuai kemampuan. 

Menjadi ibu tidak menghentikan saya membuat karya berupa tulisan. Saya sudah merasakan begitu banyak manfaat menulis selama ini, salah satunya mendapatkan penghasilan. Tentunya berharap tulisan saya bermanfaat bagi banyak orang. Ulama Imam Al-Ghazali mengatakan jika kau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.


***

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Catatan Pringadi bekerja sama dengan Tempo Institute”.


4 komentar

  1. Tiga arti menulis yang mbak Nurul sebutin tuh sama seperti yang aku rasain mbak. Kalo pikiran lagi penuh terus ga dituangkan dlm bentuk tulisa rasanya mau meledak wkwk

    BalasHapus
  2. Salam kunjungan dari malaysia dan follow disini ya :)

    BalasHapus