7 Karya Seni Kertas Dari Tangan Perupa Muda

2 komentar
Saat menerima tawaran undangan acara pembukaan karya seni yang ada dipikiran saya adalah lukisan. Palingan juga launching lukisan baru nih, pikir saya begitu. Setelah pulang dari event pagi di daerah Kemang, saya sempat mampir ke rumah, lalu sekitar pukul 3 sore langsung menuju Studiohanafi di daerah Cinere, Depok menggunakan ojek online. Kali ini hadiri event dekat dari rumah. Jarang banget kan bisa meliput acara di Depok. Kurang lebih perjalanan 30 menit  saya tiba di lokasi tujuan. Ternyata lokasinya nggak terlalu sulit ditemui, ikuti saja jalur yang ada di google map. Saat mau bayar, driver-nya nggak ada uang kembalian. Terus saya lihat ada cowok di atas balkon.

"Mas, tukerin uang dong", tanya saya.

"Yah, nggak ada mba. Cuma ada 46 ribu nih", jawab cowok berkumis itu.

Akhirnya kami cari warung buat tukerin uang. Dapet sih uangnya, tapi harus jajan dulu. It's ok, yang penting penumpang dan driver sama-sama senang. Ternyata dugaan saya salah, bukan sebuah lukisan yang saya lihat. Tapi, karya seni terbuat dari kertas.

Yes..i'm here

Saat memasuki sebuah ruangan luas dan berisi tempelan kertas, saya sempat bersalaman dengan dua orang laki-laki. Satu orang yang saya ingat nama dan bentuknya yaitu Asmo. Kok sepi ya, yang lain mana? Ternyata saya orang pertama yang datang. Nggak lama kemudian saya lihat dari atas jendela ada yang turun dari ojek online, dia lambaikan tangan dan manggil nama saya. Hmm..siapa ya itu? Saya nggak begitu kenal karena dari jarak jauh. Setelah ketemu orangnya ternyata Ulfa dan dia juga dari acara yang sama tadi pagi itu. Kalau tahu mau kesini juga kan bisa bareng setelah dia cerita perjalanan panjang nan puyengnya menuju tempat ini.

Sebelum semua undangan datang, saya dan Ulfa berkeliling melihat karya seni kertas ini dari lantai atas. Pastinya ngumpulin foto buat bahan eksis di Instagram. Secara bergantian saya dan Ulfa mengambil foto dengan berbagai angle. Karena memang tempatnya instagrammable banget deh. Oh ya sempat foto-foto juga sama mba Gita Siwi, entar ngambek lagi nggak disebutin disini 😆.

7 Perupa Muda 

Waktu sudah menunjukkan jam 5. Mulai banyak orang berdatangan dan beberapa dari mereka saya kenal. Biasa 4L. Selebihnya teman-teman dari komunitas Depok Menulis. Hmm...saya orang Depok jarang banget ikut berkegiatan disini. Colek founder-nya ah nanti. Acara dibuka oleh mba Milliyya. Cewek mungil putih ini menjabat sebagai Sekretaris dan bendahara di Studiohanafi. Kami pun digiring menuju lantai atas melihat karya seni kertas dari 7 perupa muda.

Disclaimer 
Foto-fotonya mengandung unsur narsis. Jadi, jangan protein fotonya ya.
Maklumi saja.

7 Karya Seni Kertas Dari Tangan Perupa Muda 


Judul karya seni kertas pertama yang kami lihat adalah Rekonstruksi Sentimen karya Ivan Oktavian. Pria kelahiran Bandung tahun 1998 seorang mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, mengambil pendidikan seni rupa.


"Karya ini nyeritain kampung halamanku di Bandung yang ter-impact dari pembangunan kereta cepat Bandung Jakarta. Jadi ada beberapa rumah yang dihancurkan karena dibeli oleh negara. Rumah-rumah yang aku tampilkan disini adalah rumah lama yang ternyata sudah dihancurin. Terus aku nyoba buat foto reeuntuhannya, aku print dan gambar di kertas HVS ini. Objek-objek yang aku gambar itu objek yang aku ingat di rumah tersebut. Kayak dari rumah A bentuk pintunya bagaimana, lantainya, hal-hal yang masuk keingatan", jelas Ivan.

Selain foto yang di print lalu digambar oleh Ivan, ia juga menampilkan puing-puing seperti tembok dan genteng rumah. Kemudian ia pajang di dinding dengan sanggahan paku. Kalau dilihat sekilas seperti point yang nempel di papan panjat tebing, tapi ga bisa dipanjat ya. Kalau di foto saya cuma gaya aja.

Runtuhan tembok dan genteng itu nggak sembarangan Ivan ambil. Kayak sedang milih barang di toko aja. Ambil satu, dilihat, kalau suka ambil, kalau nggak suka pilih yang lain. Ia juga minta izin dengan empunya puing alias yang punya rumah. Sekitar 50 rumah yang terkena imbas proyek kereta cepat ini, termasuk rumah teman, saudara, tetangganya Ivan. "Baru sebagian rumah yang dihancurkan, sisanya masih dalam tahap negosiasi", lanjut Ivan. Kampung Bobojong di Bandung, sebentar lagi akan rata dengan rel kereta.



Lanjut ke karya selanjutnya dari anak Karawang yaitu Gilang Mustofa berjudul Silang. Mahasiswa Jurusan Seni Patung ISBI Bandung sudah beberapa kali ikut pameran seni. Ide karyanya berawal dari sebuah mimpi atau pengalaman alam bawah sadar.

"Suatu hari saya mimpi  sesuatu yang absurd, mimpi berada di suatu ruangan dimana hanya ada benda-benda. Setelah saya sadar saya temukan ruangan itu sebagai rumah. Saya coba wujudkan ruangan-ruangan yang saling bergantian ini di dalam mimpinya", jelas singkat Gilang.



Dari mimpi tersebut ia menyadari bahwa rumah sebagai tanda atau jarak dengan kampung halaman. Sebagai perantau dari kampung Cilamaya, Karawang, ia mewujudkan miniatur pedesaan sebagai ruang rindunya. Kenapa kertasnya warna warni? Karena rumah-rumah di kampungnya juga berwarna-warni. Kampung berkelir gitu ya. Bentuknya yang berbeda, ada yang besar, kecil, bahkan ada yang belum dilapisi kertas (hanya rangka bambu saja) menunjukkan estetika kreatif yang tidak mempermasalahkan proporsi, hanya menghadirkan pencitraan saja. "Ketika orang lain paham dan setuju ini rumah, ya sudah. Nggak ada ilmu untuk memahami suatu bentuk itu", kata Gilang.

Kalau kalian lihat ada bentuk rumah kecil berwarna biru, nah itu rumah asli Gilang di kampung. Rumah itu bermakna bahwa ada jarak antara Gilang dan lingkungan sekitar. Sehingga seperti menjauh. Kemanapun kita pergi pasti akan kembali ke rumah. Oh ya, media yang digunakan dari kertas minyak/wajik dan bambu.

Dok. Foto Ibra Aghari

Selanjutnya kami dibawa ke sebuah ruangan gelap. Saya pikir macam di rumah hantu saja. Sekelilingnya dipajang beberapa frame yang berisikan kertas bercerita. Saat galerry tour empunya karya belum hadir. Tapi, saat sharing session M Raka Septianto menjelaskan ide karyanya berjudul Norp (Mitologi Nordik). Dalam kisah ini awal kemunculannya di dataran Eropa Utara, sebuah dongeng kepercayaan masyarakat belum percaya kedatangan agama Kristen. Mitos ini berisi kisah tentang mahluk supranatural.

Dalam Norp, dikenal dengan 9 Semesta (Nine Worlds) yaitu Asgarad (Dunia Para Dewa-Dewi yang keberadaan mereka dipercaya ada di dipuncak pohon yggdrasil. Vanaheim (Dunia para Vania), Alfheim (dunia para elf), Midgard (dunia manusia), Jotunheimer (dunia para Jotun atau raksasa), Svartalfheim (dunia para  Svartalfar), Niddhavelir (dunia para Dwarf), Nilfheim (dunia bawah tanah), Muspell (dunia api). Ruangannya sengaja gelap supaya hasil karyanya terlihat lebih hidup. Proses pengerjaannya menghabiskan 50 kertas karton untuk 1 frame. Wow...rajinnya. Tapi, menurutku ini hasil karya tersulit dari yang lain.


Turun ke bawah melihat hasil karya seni kertas dari Jingga Mujiburahman alias Jinggam berjudul Koneksi. Saat saya foto-foto didepan karya seni ini, saya pikir dari kertas putih biasa. Ternyata kerdus cokelat yang buat dus Indomie itu lho. Tahu kan. Dibuat warna warni dan acak potongannya. Menurut pria kelahiran Bogor dan lulusan D3 Desain Grafis POLIMEDIA ini, koneksi artinya menggambarkan diri kita sebagai mahluk individual yang bergerak atas dasar diri sendiri. Namun, pada kondisi tertentu tiap individu butuh dukungan dari individu lain sehingga bisa menjadi sesuatu.

Kenapa ditempelnya secara acak dan berjarak? Karena menggambarkan kondisi manusia saat ini yang terkoneksi dengan teknologi komunikasi dan terjadilah komunikasi tanpa rintangan jarak dan waktu. Karya seni kertas ini semacam puzzle jika kita koneksikan akan menjadi satu keutuhan. Aseeekk. Oh ya, Jinggam juga mengoneksikan visual mapping dengan proyektor yang memantulkan gambar. Bagus lho hasilnya. Musiknya juga asik buat ajep-ajep 😆.


Karya seni kertas satu ini keliatan mudah, tapi sebenarnya Kevin Nathaniel hampir putus asa mengerjakannya. Judul karyanya Seen/Unseen Known/Unknown. Saya kok jadi ingetin judul film Seen and The Unseen ya 😁. Idenya diambil dari kenangan masa kecil yang suka bikin pesawat-pesawatan dan rasa traumanya. Konsepnya dari  refleksi pendekatan antropologis dengan mengeksplorasi ruang liminal, maksudnya dalam bentuk fisik secara aktualnya,tapi juga di keadaan pikiran manusia. Kevin menghabiskan 200 kertas untuk membuat pesawat, kemudian dijahit. Kesulitannya ia harus membuat diri pesawatnya. Warna putih yang diambil karena biar simple aja. Gagah-gagah traumanya sama pesawat, tapi jangan sama aku ya, ahahayyy, apa sih Rul...😆😆.



Melipir sedikit ada karya dari Amiiko dengan judul An Alterego Minded. Diambil dari ide analogi kehidupan sehari-hari dan interaksi antar-manusia. Melakukan aktivitas dan segala macam peristiwa dalam bentuk diorama. Warna dominan pada karya lulusan Universitas Paramadina Ilmu Komunikasi ini adalah hitam dan putih yang mengartikan masa lalu, sedangkan warna cerah menjadi analogi aksentuasi karakter dari setiap cerita. Ada 7 buah diorama, 7 kisah di dalamnya,mewakili 7 hari dalam seminggu. Amiiko ini juga bekerja sebagai make-up artist, EO dan Event decorator.

Karya cewe yang tinggal di Pejaten Barat, Pasar Minggu ini merupakan karya kedua di pameran ini berupa ilustrasi yang disusun secara acak. Menggambarkan interaksi manusia pada satu lingkup yang sama dan di dalam interaksinya tiap manusia mengalami konflik.  Lucu lho karakternya, tenyata menggambarkan dia sendiri.




Selanjutnya ada karya seni kertas dari Asmoadji berjudul Kamu yang mana? yang mana ya..... Unik banget ini karyanya. Saat awal kedatangan saya nggak paham kalau ternyata lukisan yang ada di dinding itu gambar pegangan penumpang comutterline. Saya pun tahunya saat fotoin orang. Kemana aje Rul.

Asmo ini hobi bikin sketsa, dimana pun dia bisa jadiin sketsa. Coba nanti kamu bikinin sketsa kehidupanku ya 😆. Ide karya dari lulusan Madrasah Jamiat Kheir inii diambil dari keadaan transportasi publik Jabodetabek seperti Comutterline, bus, angkot pada jam-jam sibuk. Orang selalu memaksakan masuk ke dalam kendaraan padahal kondisinya sudah penuh, dan berdesakan. Dari situasi tersebut ia mengambil sketsa beragam figur penumpang KRL dalam ukuran (mendekati) 1:1 pada kertas art karton 310 gram, tinta dan lidi, sedangkan mural yang ada didinding menggunakan bambu. Kemudian potongan sketsa ia gantung dengan kawat dan kail pancingan.

Ceritanya mau ke stasiun Bogor 😆

Saya pun baru tahu kalau Depok punya tempat sebagus ini. Studiohanafi berdiri tahun 1999 sebagai komunitas nirlaba-non profit. Awalnya studio ini merupakan studio karya pribadi bagi Pak Hanafi sendiri. By the way, pemiliknya bernama Hanafi Muhammad. Studio yang berdampingan persis dengan Sungai Pesanggrahan, Parung Bingung Depok.

Studiohanafi semacam gerakan sosial untuk menumbuhkembangkan kesenian melalui studi ekologi  dengan pendekatan kultural. Tahun 2005, Studiohanafi membuka perpustakaan dan tempat belajar tari, teater, musik, menulis dan melukis bagi anak-anak dan remaja.  Seru juga nih kalau buat workshop blogging disini. Sayangnya, saat saya hadir tidak bertemu dengan Pak Hanafi. Ternyata beliau salah satu wali murid dari mba @Adeufi, yang dulu sempat mengajar anak-anaknya Pak Hanafi.



Galerikertas sendiri merupakan ruang pameran untuk karya seni visual dan seni rupa yang menggunakan kertas, baik sebagai media, material atau ciptaan lainnya. Medis kertas dipilih karena berbagai silang kondisi yang membuat kertas kian menepi dari khazanah  seni dan tak sebatas isu persoalan glibal, sebagai pengganti media dalam industri digital. Galerikertas Studiohanafi menampung apa saja modus penciptaan yang bisa dilakukan dengan media kertas. Kertas bisa dikatakan sebuah aspek yang mempunyai masa depan dalam arena seni rupa dan visual kita. 7 perupa muda ini dipilih melalui seleksi oleh Ugeng T. Moetidjo. Dari 13 peserta dalam 2 hari seleksi, cuma 7 peserta yang lolos. 6 pria dan 1 wanita berponi untung bukan kuda poni.

Soal seni, sebenarnya saya lebih tertarik dengan seni peran atau film. Melihat lukisan itu serasa membosankan. Tapi, setelah berkunjung melihat karya seni kertas ini membuka mata saya lebih lebar bahwa ada karya seni kreatif lain dengan media yang berbeda.

Kalau 7 perupa muda ini menyulap kertas menjadi karya, sedangkan saya menggunakan kertas untuk diisi cerita kehidupan. Kayak diary gitu. 😁

Senang bisa bertemu dengan anak muda kreatif begini. Semoga bisa melihat karya kalian berikutnya dan bisa ngajarin saya lah buat kedua seni kertas begini.



***

2 komentar

  1. wah asik banget tempatnya, bisa puas foto-foto ya

    BalasHapus
  2. Cakep banget hasil karyanya.
    Nggak nyangka klo dari kertas ya
    Keren mba

    BalasHapus