Saya masih speechless dengan film yang satu ini. Air mata tidak berhenti - henti mengalir dari tengah sampai akhir cerita. Entah apa yang bisa saya ucapkan duluan setelah menyaksikannya. Saya hanya bisa bilang, amazing. Sisanya hanya bekas tetesan air mata. Saya masih terbawa perasaan haru dari film MARS ( Mimpi Ananda Raih Semesta ).
![]() |
Salah satu adegan di film MARS |
Senin 2 Mei 2016, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional saya mendapatkan kesempatan menonton gala premier film MARS di salah satu bioskop di Jakarta. Seperti ulasan saya disini sebelumnya yang membahas tentang dibalik pembuatan film MARS bersama orang-orang dibalik layar, akhirnya saya bisa menonton filmnya. Film yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Aishworo Ang ini menceritakan perjuangan seorang ibu asal Gunung Kidul yang berjuang menyekolahkan anaknya agar menjadi anak yang pintar. Sejauh 14 Km ditelusuri oleh sang ibu agar anaknya bisa bersekolah. Sampai saat dewasa anaknya bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Oxford Univerity, London, Inggris. Ibu Tupon diperankan oleh Kinaryosih dan anaknya Sekar Palupi kecil diperankan oleh Chealsea Riansy dan dewasanya oleh Acha Septriasa.
Film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini alur ceritanya runut. Step by step perjuangan - perjuangan ibu Tupon sangat terlihat di tiap scene nya. Saya seperti membayangkan Tupon adalah ibu saya sendiri. Saya bisa merasakan apa yang tergambar dalam film. Ada salah satu scene yang membuat saya terenyuh dan terus meneteskan air mata ketika adegan ibu Tupon mencarikan pensil untuk Sekar saat hujan deras agar ia bisa belajar.
![]() |
Suasana Press Conference Gala Premier |
MARS adalah karya pertama dari sutradara Sahrul Gibran. Ia "nekat" menjadi sutradara dengan tekad yang kuat juga. Plot film ini menjadi mengalir karena goresan skenario dari Jhon De Rantau. Biasanya ia yang membuat film tapi kali ini ia membuat skenario yang sangat bagus dan real life. Seperti yang ia ucapkan saat press conference tadi sore " Film yang bertema pendidikan tidak harus tentang belajar, itu namanya penyuluhan". Setuju sekali dengan pernyataan ini.
Banyak sekali pesan yang diambil dari film MARS seperti pendidikan sangat penting untuk masa depan. Meraih pendidikan yang tinggi perlu perjuangan yang keras. Seorang ibu sebenarnya adalah "sekolah" pertama untuk anak- anaknya. Tempat belajar dimana kasih sayang dan contoh yang baik diterima. Oleh karena itu, menjadi ibu adalah tugas mulia dalam keluarga. Ia mengerahkan seluruh tenaga untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
![]() |
Official Poster |
Selain itu pendidikan bisa memperbaiki derajat hidup seseorang, tapi bukan berarti orang bisa menjadi berubah ketika sudah berada di level tertinggi. Kerendahan hati yang bisa mempertahankan. Seperti yang dilakukan Sekar dalam kehidupannya selama kuliah di Oxford University. Film MARS seperti memelekkan mata kita untuk tetap peduli akan pendidikan. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berjuang dan berusaha keras.
Original soundtrack film MARS sudah tidak asing di dengar. Menggandeng band UNGU untuk mengisi soundtracknya. Lagu "Doa Untuk Ibu" menjadi pelengkap suasana keterharuan film ini. Menurut Enda saat pertama kali melihat trailernya sama seperti apa yang ia tuangkan dalam lagu ini untuk ibunya.
Oxford? Masya Allah. Film yang bisa menginpirasi banyak orang nih. Ah aku pengen nonton jadinya.
BalasHapusYuk nonton filmnya mulai besok...
Hapuswah maks, saya udah terharu aja nih padahal baru baca cerita mak...
BalasHapusApalagi kalau udah nonton, ga berhenti - berhenti air mata ngalir..
HapusApalagi kalau udah nonton, ga berhenti - berhenti air mata ngalir..
Hapusbikin mewek duluan..
BalasHapusSaya aja nontonnya ga berhenti-berhenti air mata, udah dielap netes lagi
Hapuskebayang sedihnya,
BalasHapusPengen ketemi sama sutradaranya, mo ngajak ngopi bareng n bikin pelm
BalasHapusSaya menonton film ini di pesawat Garuda saat menuju Manado, untuk mengisi Kuliah Tamu di sebuah PTN Manado. Saya terharu, karena saya juga asli Gunungkidul yg dengan perjuangan kedua orang tua saya bisa menyelesaikan pendidikan di S3 UGM. Sambil meneteskan air mata, saya langsung teringat Ibu saya di Gunungkidul. Doa kulafalkan untuknya di atas ketinggian 8.000 m, semoga kesehatan dan ketabahan baginya...
BalasHapus