Sesampainya di lantai 2 Grand Sahid Jaya Hotel, sudah dipenuhi oleh orang-orang. Saya pun segera registrasi dan mendapatkan satu tiket bertulisan 100% TADAA. Pada closing ceremony memang diputarkan film kejutan. Namanya juga kejutan, panitia nggak mengumumkan judul filmnya, sekali pun di media sosial Festival Film 100% Manusia.
Sebelum masuk ke ruangan Candi Panataran, bisa melihat pameran foto dari eksibisi Lost Childhood. Pameran ini bagian dari Festival Film 100% Manusia di Jakarta dan Yogyakarta. Foto hasil jepretan fotografer Ukraina bernama Roman Pashkovskyi menggambarkan kisah anak-anak Ukraina yang dipindahkan dan diculik secara paksa oleh Rusia.
Bring Kids Back UA merupakan inisiatif strategis presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bertujuan untuk mengembalikan anak-anak Ukraina yang dideportasi dan dipindahkan secara paksa oleh Federasi Rusia. Foto-fotonya sederhana, hanya bagian mata saja. Namun dari pancaran mata itu terlihat penderitaan anak Ukraina dari kekejaman Rusia. Ada 8 foto berjejer terpajang.
Sekitar jam 5 sore ruangan dibuka dan bagi yang sudah punya tiket bisa masuk segera. Seluruh bangku terisi penuh alias full house. Acara penutupan dihadiri oleh Ibu Venny Wijaya, General Manager Grand Sahid Jaya
Hotel, Kurnia Dwijayanto, Direktur Festival, Meninaputri Wismurti, Film Program Director,
Sugar Nadia dari Dewan Kesenian Jakarta, serta sejumlah film maker tamu dari dalam dan luar negeri.
“Dengan segala keterbatasan dan perubahan yang terjadi sepanjang berjalannya festival, kami sangat berterima kasih, kepada para mitra, dan terutama penonton, yang tetap hadir dan mencari kami untuk hadir dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan 100% Manusia," kata Kurnia Dwijayanto.
Lalu Sugar Nadia mengatakan “Festival ini memberi ruang penting bagi film dan diskusi seputar isu-isu kemanusiaan. Kehadirannya di Jakarta menandai bahwa kota ini tidak hanya ruang metropolitan, tapi juga ruang refleksi dan solidaritas".
“Merupakan kehormatan bagi kami untuk menjadi bagian dari festival yang membawa nilai inklusif, toleransi, dan kemanusiaan. Semoga kerja sama ini bisa berlanjut di tahun-tahun mendatang," ujar Venny Wijaya.
Sambil deg-degan nunggu film kejutan diumumkan, Kurnia Dwijayanto mengumumkan Audience Award yaitu film A Tale of Two Nomads karya sutradara Daphne dari kategori 100% Its Ok-Not Ok. Film ini mengisahkan Wang dan Ming yang berusaha memberikan persembahan berupa kapal sembahyang kepada orang tua mereka, namun aturan pemerintah yang melarangnya karena masalah lingkungan menjadi penghalang. Serta Si Paling Rebel Award by Taco Bell dimenangkan oleh Vivere Pericoloso karya Gugun Arief.
Nah, tibalah diumumkan film kejutan sebagai film penutupan Festival Film 100% Manusia 2025 yaitu film Conq dan Raminten Universe: Life is a Cabaret. Conq (Cong) disutradarai oleh Lucky Kuswandi yang merupakan film seri web bertema LGBT, sedangkan film Raminten Universe (Jagad'e Raminten) disutradarai oleh Nia Dinata dan diproduseri oleh Dena Rachman. Beberapa waktu telah menggelar premier-nya di IFI Yogyakarta & Jakarta.
Raminten Universe: Life is a Cabaret merupakan film dokumenter berdurasi 95 menit. Menceritakan sosok iconic Raminten dari Yogyakarta yang sukses sebagai pengusaha batik, restoran, toko oleh-oleh dan live show cabaret yaitu Hamzah Sulaiman atau Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamijinindyo. Raminten asal kata dari "ora sepinten" artinya tidak seberapa. Itu merupakan nama peran dari alm. Hamzah Sulaiman dalam acara komedi situasi di sebuah stasiun televisi local (Jogja TV).
Kebetulan saat acara penutupan Festival Film 100% Manusia hadir 2 talent cabaret-nya yaitu Aciptasasmi dan Miss Raminten Jessy Lynn (lupa nama aslinya). Mereka datang khusus untuk pemutaran film ini. Bahkan di akhir acara ada karaoke bareng mereka. Sayangnya saya harus cepet pulang.
Walaupun Festival Film 100% Manusia 2025 sudah edisi ke-9, tapi kali ini pertama buat saya (kemana aja sist). Saya jadi lebih mengenal lebih luas lagi tentang keberagaman manusia dengan karakter berbeda lewat film dan wacana inklusivitas lintas generasi dan komunitas.Saya juga jadi mau nonton live show Cabaret Raminten jika berkunjung ke Yogyakarta nanti.
Tidak ada komentar