Cerita Lahir Anak Ke-4 Ku

5 komentar
Bayi akan memilih waktu lahirnya sendiri
Lega. Itulah satu perasaan yang mewakili rasaku saat ini. Akhirnya bayi yang kukandung selama 41 minggu alias 10 bulan lebih seminggu lahir pada tanggal 1 Agustus 2023 secara normal. Tanggal yang melesat seminggu dari hari perkiraaan lahir (HPL). Menurut hasil USG HPL nya tanggal 25 Juli 2023. Tapi ternyata bayi memilih waktu lahirnya sendiri, di awal bulan Kemerdekaan sekaligus pekan menyusui sedunia.

Juli jadi bulan penantian saya atas kelahiran anak ke-4 ini. Tiap ada yang nanya pasti saya menjawab "Sekitar akhir Juli lahirnya." Entah tanggal berapa, yang penting akhir bulan Juli. Semakin mendekati HPL perasaan saya jadi nggak santai. Apalagi beberapa anggota birth club bulan Juli sudah banyak yang melahirkan. Jadi bikin saya gugup nunggu momen lahiran. Tapi masih yakin kalau bayi akan memilih waktunya sendiri untuk lahir.



Hari perkiraan lahir tepat 40 minggu usia kandungan. Sedangkan due date kehamilan sampai kurang lebih 43 minggu. Jadi, sebisa mungkin sebelum due date saya sudah melahirkan.

Saya masih optimis bisa lahiran secara normal karena kondisi bayi optimal. Saya terus konsultasi sama bidan dan juga USG terakhir di usia kandungan 38 minggu. Semua kondisi bayi masih baik-baik saja. HPL pun berlalu, mulai ada sedikit kegelisahan.

Saya sudah melakukan beberapa cara induksi alami dengan makan durian, jalan kaki, sampai hubungan intim. Malam jumat, saya coba melakukan sunah rosul itu, hasilnya muncul kontraksi.

Tapi saya anggap pasti kontraksi palsu aja nih. Jumat pagi (28 Juli) saya cek ke bidan dan periksa dalam ternyata sudah ada pembukaan 2, namun serviksnya masih tebal. "Tanggal 1 Agustus balik lagi ya mba Nurul, mau ada mules atau nggak," saran bidan. 

Benar saja, kontraksinya hilang. Hari Sabtu dan Minggunya (29 & 30 Juli) saya masih ikut acara sambil menahan rasa nyeri di area selangkanga dan beratnya perut.  

Hari Senin (31 Juli) saya istirahat di rumah. Ini artinya sudah lewat seminggu dari HPL. Waktu lahiran Lingga saya lewat dari seminggu HPL juga. Berusaha tetap tenang dan positive thinking aja kalau bayi masih dalam kondisi baik-baik aja.

wefie pertama setelah lahiran,
ditemenin anak ke-3 dan suami

Bulan berganti menjadi Agustus dan tepat usia kandungan 41 minggu. Seperti yang bidan katakan kalau saya mesti datang mau ada mules atau tidak. Tapi saya masih berusaha dengan induksi alami dari suami lagi (ML). Enggak lama kemudian kontraksi pun muncul. Saya masih anggap hanya kontraksi palsu saja. 

Saya masih mondar-mandir di rumah seperti biasanya. Kontraksinya pun belum terasa sakit banget. Sekitar jelang solat ashar, saya mandi air hangat biar enggak tegang badan dan pembuluh darah terbuka. Masih bisa solat ashar sambil nahan kontraksi yang makin terasa. Sekitar jam 5 sore saya masih sempat mandiin Lingga, cuma kok rasa sakit kontraksinya beda, lebih meres bagian bawa perut. Sampai saya pakai aplikasi pengukur kontraksi, hasilnya memang sudah makin cepat waktunya. 

Saya WA suami untuk segera pulang. Padahal dia sedang nunggu panggilan interview. Selepas maghrib, saya juga meminta anak pertama untuk memanggil ibu dan suami pun sampai rumah. Enggak pakai lama langsung cabut menuju bidan. Untungnya jalan Margonda enggak macet.

Sampai di bidan sekitar jam setengah 8 dan di cek dalam lagi sudah pembukaan 7-8. Wah, saya senang banget karena sebentar lagi melahirkan. Bidan menyuruh masuk ke ruang bersalin dan menyuruh rebahan. Saat genting seperti itu saya masih bisa kirim foto selfie yang nahan kontraksi ke WAG. Maksudnya biar teralihkan rasa nyerinya.

Saat rebahan dan menghadap ke kiri, nggak lama ketuban pun pecah, itu rasa sakit vagina makin berlipat ganda. MasyaAllah rasanya deh, ucapan istighfar enggak putus dari mulut saya. Tapi bikin pembukaan lengkap makin cepat. Bayi pun mengajak ngeden. Saya fokus sama napas agar bisa mendorong bayi lebih kuat. Alhamdulillah mengejan yang ke 3-4 kali bayi lahir dengan suara tangisan yang kencang. Alhamdulillah. 

Bayi langsung ditaruh di dada untuk IMD sambil dikeluarkan plasenta. Bersyukur sekali lahiran kali ini enggak pakai infus induksi dan enggak ada jahitan, cuma lecet sedikit. Selama 2 jam observasi di ruang bersalin, saya pindah ke kamar inap. Baru deh berasa badan rasanya rontok semua. Rahim pun juga masih kontraksi dan itu bikin nggak bisa tidur. 

Saya dianugerahi bayi laki-laki yang sehat dan lengkap. Berat badannya 3,2 kg dan panjang badan 48 cm. Nilai APGAR nya pun bagus, sekitar 8. Rasanya lega banget melewati momen sakral itu dengan mudah dan lancar.

Pastinya kemudahan dan kelancaran persalinan saya enggak lepas dari usaha dan doa. Terutama kekuatan doa yang saya panjatkan saat solat tahajud pada tanggal 1 Agustus dini hari. Entah ini kebetulan atau memang dahsyatnya keajaiban dari solat tahajud. Namun saya mengalami hal yang luar biasa setelahnya. 

Di sepertiga malam itu, saya nggak bisa tidur dan langsung ambil air wudhu. Saya memang meniatkan tahajjud untuk meminta agar dilancarkan persalinan. Saya berdoa bersungguh-sungguh, mencurahkan segala kekalutan, kecemasan menghadapi hari persalinan. Tentunya diiringi dengan air mata.  Saya sudah bertawakkal atas ketentuanNya. Doa saya dikabulkan olehNya.

Komplit 4 anak laki-laki

Banyak yang bertanya siapa nama bayi laki-laki saya? Dari masa kehamilan hingga usianya 2 mingguan, saya belum menemukan nama yang sesuai. Seperti 3 anak lainnya, saya pasti menyertakan nama dari bahasa Sansekerta. Dari sekian banyak nama anak laki-laki saya menemukan nama Kala Surajaya Arasy. 

Kala artinya waktu atau kebajikan. Saya juga mengambil makna dari surat Al-Asr (Demi Masa) yang mengingatkan kita agar memanfaatkan waktu dengan penuh kebajikan. Sura diambil dari bulan lahirnya di bulan Suro, Jaya nama belakang ayahnya (Sundjaya) dan Arasy dalam bahasa Arab artinya makhluk tertinggi, singgasana yang menyerupai kubah dengan tiang-tiang besar yang dipukul serta dikelilingi oleh para malaikat. 

Sekarang usia Kala sudah sebulan saat saya menyelesaikan tulisan ini. Alhamdulillah berat badan dan panjangnya bertambah saat vaksin BCG. Artinya ASI saya bermanfaat bagi tubuhnya. Terima kasih nak, sudah memilih dan menjadi anak laki-lakiku yang ke-4. Semoga mama dan ayah selalu membersamai pertumbuhanmu. 


***

5 komentar

  1. Mba Nurul aku ikut bahagia pol, rasanya berasa aku melahirkan lagi
    sehat-sehat ya sayangku dan dedek kala

    BalasHapus
  2. Baarakallahu fiikum Mbak Nurul sekeluarga .... waah makin fix nih emaknya paling cantik sendiri :)

    BalasHapus
  3. Masya Allah, Alhamdulillah Kala lahir dgn selamat dan sehat. Tumbuh menjadi anak yg soleh ya Nak..
    Unik banget namanya, pun demikian maknanya

    BalasHapus
  4. Selamat bunda, semoga anaknya tumbuh sehat. Besarnya pasti jadi pembela bundanya tuh

    BalasHapus
  5. MashaAllaa~
    Barakallahu fiikum, ka Nurul dan keluarga.
    Ikut merasakan ketegangan saat membaca proses persalinan yang demikian panjang karena sang bayi memilih waktunya yang tepat sendiri. Biasanya kalo uda dicek dokter, pasti deh, tentuin tanggal ya, Bu.

    Bukannya suudzon, karena anak-anakku dua-duanya lahir di minggu ke 42 dan itu ya.. uda beberapa kali diminta segera ke rumah sakit. Tapi ditahan sama Ibuk dan temen-temennya Ibu ((biasa, kalo di komplek suka pada riweuh masalah lahiran, semua ikut urun pendapat. Tapi itu menurutku, bagian dari sayangnya para tetangga sama aku dan keluarga yaa..))

    Alhamdulillah,
    Ka Nurul dan suami tabah sekali.

    Welcome to the world, adik Kala.

    BalasHapus