Bersama tim rafting Kampung Labirin |
Hati-Hati Kesasar di Kampung Labirin
Kok ada kata AstraHondanya ya? Karena Kampung Labirin dapat dana CSR dari Astra Honda. Sebelum menelusuri gang-gang di Kampung Labirin, kami disambut oleh 2 tour guide yang geulis dan kasep yaitu Ade Irma dan Denny Maulana . Mereka meminta maaf jika selama berkeliling sambutannya kurang berkenan karena atraksi yang ditampilkan tidak sepenuhnya ada, personelnya ada yg bekerja dan sekolah. Tapi hal itu enggak mengurangi keseruan momen di Kampung Labirin.
Nama asli Kampung Labirin sebenarnya Jalan Roda Kebon Jukut RT 01 RW 10 Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah. Dijuluki Kampung Labirin memang jalannya itu berkelok-kelok, saling terhubung dengan jalan lainnya. Makanya jangan sok berani ke kampung ini kalau belum hapal sama jalanan berlikunya. Tapi blusukan kami hari itu lancar jaya berkat pemandu setempat.
Tukang geprek emping jengkol amatiran |
Kami disambut oleh adik-adik lucu yang sudah siap memegang angklung dan berpakaian hitam serta memakai blangkon. Saya bangga melihatnya karena kesenian tradisional masih diperkenalkan oleh generasi muda. Lalu, ada ruang perpustakaan untuk digunakan oleh anak-anak di sana sebagai sarana belajar selama masa pandemi lalu. Selain alat musik, seni tari juga diperkenalkan kepada adik-adik perempuan.
Bau menyengat tercium oleh saya. Bau apa ini? Ternyata jengkol. Di Kampung Labirin terdapat home industry pembuatan emping jengkol. Ini salah satu kuliner khas Kampung Labirin. Jujur saja, saya kurang suka sama jengkol, memakannya pun belum pernah. Satu bungkus kecil dijual 10 ribuan dan bungkus besar 25 ribuan. Cara pembuatannya mudah, irisan potongan jengkol digeprek menggunakan batu yang beralaskan talenan batu besar yang usianya sudah ada 50 tahunan. Saya coba menggeprek jengkolnya, mudah sih tapi gepengnya belum sempurna. Tukan geprek emping amatiran 😄.
Lalu kami diajak turun ke bawah sungai Ciliwung. Kebetulan debit airnya tidak deras. Ada kelompok anak muda yang beratraksi rafting dari ujung jembatan. 3 perahu karet yang bisa ditaiki juga oleh pengunjung dengan membayar 25 ribu rupiah. Tapi sayang, hari itu saya dan teman - teman enggak bisa rasakan sensasi dayungan dan derasnya jeram Ciliwung karena enggak bawa baju ganti. Suatu hari nanti kudu balik sih.
Visit Kampung Mulyaharja |
Kampung Mulyaharja, Bukan Tempat Surti Tejo
Sudah lewat dari jam makan siang, perut keroncongan kami harus bertahan sebentar sampai Kampung Mulyaharja. Uncal pun menyusuri Jln. Surya Kencana. Sampai di The Jungle Fest, kami berganti kendaraan yaitu angkot karena Uncal enggak sanggup melewati rutenya. 2 angkot hijau tangguh mengantarkan kami sampai Kampung Agro Edu Wisata Organik Mulyaharja, Bogor Selatan. Setelah turun angkot dan berjalan sedikit ke dalam langsung disambut oleh hamparan hijau persawahan. Sejuk di mata.
Makanan khas Sunda langsung disantap dengan menu yang lezat. Ada nasi liwet, lalapan, sambal, ayam goreng, tumis jantung pisang, kerupuk dll. Pokoknya bikin selera makan meningkat, eh tapi memang lapar juga. Tempat makannya juga enggak biasa, di saung bambu tengah sawah sambil menikmati hembusan angin dan pemandangan gagahnya Gunung Salak. Jadi, kalau mau menikmati sensasi makan atau sekadar ngopi kekinian di tengah sawah, di Kampung Mulyaharja aja.
Inget bentangan sawah ini, saya jadi teringat lagi Surti Tejonya grup band Jamrud. Tapi bukan lho. Kampung Mulyaharja memiliki luas sawah sekitar 24 hektar. Pernah diadakan fashion show di tengah jembatan sawah ini untuk menunjukkan hasil karya kampung wisata. Untuk menikmati kampung Mulyaharja bisa merogoh kocek sebesar 450 ribu rupiah (untuk 10 orang) dengan seabrek fasilitas. Kunjungi IGnya aja @visitmulyaharja.
Kerajinan Perca Dari Tangan Ibu Hebat
Destinasi terakhir ke Kampung Perca. Ini lumayan agak jauh dari Kampung Mulyaharja. Arahnya lewatin Jalan Tajur dan Sabtu sore itu jalanan lumayan macet mengingat banyak yang keluar malam Minggu. Setibanya di Kampung Perca disambut oleh ibu Titik Wahyono. Di gang kampung ini dihiasi potongan kain perca dan lukisan di pinggir temboknya. Lalu, kami diberikan minuman bir pletok dingin dari buah pala. Minuman ini cocok untuk yang insomnia, kenapa? Karena bikin santai dan ngantuk.
Bersama ibu-ibu pengrajin kampung perca |
Lalu kami diajak ke rumah pembuatan kain perca. Di sana ada beberapa ibu yang sedang membuat kerajinan kain perca seperti gantungan kunci, seprei dan sarung bantal. Potongan kain yang didapat dari konveksi pakaian dan dimanfaatkan oleh ibu-ibu setempat untuk dijadikan berbagi produk. Terampil banget deh tangan ibu-ibu itu. Soal harga relatif agak mahal karena proses kreatif pembuatannya itu.
Yaaahh, waktunya pulang, semua destinasi kampung wisata di kota Bogor tuntas kami datangi. Sekitar pukul 5 sore, Uncal membawa rombongan Koteka kembali ke Alun-alun. Sungguh nge-trip seharian yang seru di Kota Bogor. Sebenarnya belum puas sih jalan-jalannya, tapi ini pengalaman yang enggak akan terlupakan.
***
kalo di Bogor masih deket rumah nih, seru ya main-main sambil belajar di kampung wisata
BalasHapusWah mau juga ke Kampung Labirin pengen beli kripik jengkol, asli baru tau ada kripik jengkol biasanya makan kerupuk dan bakwan jengkol ajh. Bolehlah yunk kl ada trip Bogor lagi, berkabar ye 😉
BalasHapusAku nggak suka jengkol, tapi suka dengan cara warga memberdayakannya sebagai sumber penghasilan sekaligus kekayaan kuliner.
BalasHapusAh, lagi butuh banget menyepi sejenak ke tempat makan di tengah sawah dan pegunungan gitu. Menikmati bersantap di tengah angin semilir dan pemandangan memanjakan.
ini asik banget jalan-jalan ke Bogor tapi bukan di area kotanya
BalasHapuseh yang main air perlu balik lagi tuh di Kampung Labirin, kayaknya segar di sana
trus gimana rasa emping jengkol? seumur-umur aku belum pernah makan jengkol, hehe
Ohhhh itu kenapa disebut kampung labirin. Jalannya saling terhubung yaa. Hihi. Dari kemarin ngeliat postingan kompasianer yang ikut ke sana tentang kampung labirin, jadi bikin penasaran.
BalasHapusSy yg org Bogor cuma pernah ke kampung Labirin hihi. Kpn² ke Bogor lagi ya kak.. kali aja kita bisa ketemuan 😊
BalasHapusKrupuk jengkol is my favorit kak... Biasanya saya beli di warung Madura, wkwkwk. Btw wisata alamnya MasyaAllah banget yah Bogor, semoga bisa mampir ke sana. Thaks untuk sharingnya kak ^^
BalasHapusYa ampun aku jadi ngerasa orang Bogor palsu euy
BalasHapusUdah hampir 17 tahun di Bogor dan gak tau tempat-tempat wisata ini. Ampun daaah
Pokoknya nanti harus berkunjung deh ke 3 kampung wisata ini
Penasaran juga pengen icip emping jengkol
3 kampung wisata itu apa satu paket ya, Kak pengelolaannya atau sendiri-sendiri? Asik banget ya, apalagi makan di persawahan, duk lahap dan bikin pengen tidur kena angin sepoi-sepoi
BalasHapusDi Bogor itu sebenarnya bnyk yah tempat wisata atau daerah yg asik dan okeh utk dikunjungi tapi kenapa rasa rasanya, org jkt kebanyakan, lebih milih lgsg ke arah Puncak (meski masuknya Bogor juga sih) drpd ke Bogor nya sendiri
BalasHapusNgetrip terus bikin keripik jengkol emang tak ada duanya yaaaa Nurul
BalasHapusAku juga senang liat postingan kalian di Bogor. Seseru ituuuub
Seru banget nih berkunjung ke 3 desa wisata. Pulang2 langsung dapat ilmu bikin kripik jengkol. Mantap banget makan kripik jengkol
BalasHapusseru ya, mbak mengunjungi kampung-kampung yang punya nilai lebih entah dari segi wisata ataupun hasil olahan dan karya warganya.
BalasHapusBogor itu selalu saja ada yang baru dan menarik ya. Kukira cuma air terjunnya aja yang menarik, tapi ternyata ada kampung wisata juga yang punya banyak kegiatan oke buat para pengunjungnya yaa.. pas banget buat mengisi kegiatan saat libur akhir pekan. Ini bisa buat trip seharian kan ya?
BalasHapusKampung Labirin bisa jadi salah satu destinasi di Bogor sekaligus menikmati wisata ya mbak. Btw lama tinggal di Bogor dulu saya belum mengenal tempat ini mungkin next bisa berkunjung dan mencicipi keripiknya hihi
BalasHapus