Bukan Suami yang Sempurna, Tapi Aku Bahagia Bersamanya

28 komentar
Tidak ada hidup berumah tangga yang lurus-lurus saja. Pasti ada permasalahan yang terjadi. Aku dan suami sudah berumah tangga selama 9 tahun. Selama itu pula banyak sekali pengalaman manis, pahit, suka dan duka yang kami lewati bersama. Our household like rollercoaster. Dalam rentang waktu itu juga kami dianugerahi 3 anak laki-laki yang sehat serta ceria. Arkana Gie Pratama, Sagara Ali Sya'bana dan Lingga Muhammad Kahfi. Mereka adalah buah cinta kami. 

Bahagia bersama suami

Aku terinspirasi menulis tema ini setelah menyaksikan IG live JNEWS Online bareng Kang Maman beberapa waktu lalu (8/10/21) dengan tema "Asyiknya Nulis yang Asyik". Biar lebih asyik,  aku ingin menceritakan rasa bahagia bersama suami, orang terdekat dalam hidupku, orang yang sangat sabar dengan keadaanku sekaligus orang yang bertanggung jawab atas diriku serta anak-anakku.

Pertemuanku dengan suami bisa dibilang tidak disengaja. Dulu mengenalnya ketika semasa aku sekolah menengah pertama dan dia bekerja sebagai penjaga wartel di stasiun Depok Baru. Tahun 2003-an handphone bisa dibilang barang mahal. Belum begitu banyak yang menggunakan. Sebagai siswi SMP, cuma bisa telepon di wartel. Karena sering telepon di wartelnya, kami jadi sering ketemu. Tapi hanya sebatas menyapa dan kenal nama. 

Di stasiun Depok Baru aku punya tempat tongkrongan, semacam warung gitu. Ternyata dia juga sering mampir ke situ. Ya sudahlah ya kami jadi tambah sering ketemu. Saat itu kita berdua sudah punya pacar masing-masing sebenarnya. Entah bagaimana kami putus berbarengan juga. Bahkan aku juga sering curhat sama dia soal pacarku. 

Ada seseorang yang bilang padaku kalau dia itu playboy alias ceweknya banyak. Tapi aku nggak percaya begitu saja sebelum melihat langsung. Ya wajar saja sih kalau banyak cewek yang suka sama dia karena dia punya wajah yang manis dan hidung mancung. Memang tipe cowok gue banget deh 😅. Singkat cerita, kami bertambah dekat & sering jalan bareng. Jadiannya kapan juga aku lupa, pokoknya kita jadi lebih dekat aja. 

Tahun 2012 menjadi tahun yang paling bersejarah buatku dan suami. Ada suatu "kejadian" yang membuat kami akhirnya menikah. Beruntungnya aku, dia mau menikahiku. Sebenarnya belum terpikirkan mau menikah di usiaku 24 tahun dan dia 31 tahun. Pernikahan pakai adat apa juga belum terencanakan. Kami hanya bisa menjalani takdir saja. Ia menikahi ku saja sudah sangat bersyukur dan bahagia. 

Tahun demi tahun kami jalani sebagai suami istri. Kelahiran anak pertama bagai disambar petir. Semuanya jadi serba mengagetkan. Beli popok sekali pakai, baju bayi, cara menggendong, imunisasi, buat MPASI, tumbuh gigi, pokoknya semua hal pertama yang aku lakukan pada saat punya bayi. Untungnya dibantu ibuku juga, jadi ada role model pengasuhan anak. Setelah punya 3 anak, semua jadi serba gampang karena sudah terbiasa.

Bahagia bersama suami dan anak

Suamiku termasuk orang yang nggak banyak gaya. Malahan baju yang sering ia pakai itu-itu saja, istilahnya tuh cuci kering pakai. Ada satu kaos yang aku belikan dipakai terus sama dia. Padahal kaosnya banyak di lemari. Sampai aku pernah bilang,

"Kalau gajian beli baju atau celana baru kek walaupun satu doang.

Dia jawab,

"Nggak perlu mah, yang penting uangnya bisa buat kamu dan anak-anak makan dan jajan."

Sampai segitunya suamiku. Memang sih pekerjaan dia nggak menuntut pakaian yang bagus karena ada seragamnya. Tapi kan sebagai istri pengen gitu sesekali lihat suami kece penampilannya. 

Sebelum pandemi, aku sering mendapatkan pekerjaan di luar rumah. Menghadiri suatu acara yang nggak boleh bawa anak. Itu juga aku diskusikan dulu dengan suami, terutama kapan ia bisa ambil libur atau cuti, sampai akhirnya aku bisa titipkan anak-anak bersamanya. Sebelum pergi aku kasih tahu apa yang harus dilakukan seperti kasih susu, ganti popok atau menidurkan anak. Jadi, aku nggak khawatir meninggalkan anak bersama ayahnya. 

Kadang suka heran aja sama istri yang takut ninggalin anak sama suaminya. Memang anaknya mau dimakan? Karena tidak semua suami bisa mengurus anak. Maka itu, aku bersyukur sekali suamiku mau turun tangan mengasuh anak dari mandi, makan, main, sampai menemani tidur. Meskipun gajinya tak sebesar anggota DPR, tapi ia masih mengizinkan aku untuk keluar sejenak dari urusan anak-anak. Makanya kalau ada yang nanya,"Anak lu sama siapa, Rul?" Dengan bangga aku jawab, "Ya sama laki gue lah."

Soal karakter kami memang jauh berbeda. Aku kalau kesal bisa langsung marah-marah, dia cuma diam aja. Aku kalau mau rencana apa, pasti cerita sama dia, tapi dia diam-diam punya rencana sendiri. Kalau dipikir-pikir, mana ada cowok yang tahan dengan kelakuan cewek yang ekstrem kayak aku. Cuma dia yang bisa bertahan dari sejak pacaran sampai sekarang ini. Mungkin ini yang namanya saling melengkapi.

Aku pernah nanya dia lewat chat WA,

"Kamu bahagia nggak berumah tangga sama aku. Dengan segala kelakuan baik dan burukku?"

Lalu ia jawab,

"Ya bahagia. kadang sedih kalau aku sama kamu ga ada uang buat pegangan. Ku terima apa adanya kamu dan kekurangan kamu. ku ga minta lebih apa pun. Demi anak anak insya Allah ku usaha lebih baik."

Kalau anak twitter bilang bikin meleyot. Beneran dia jawab begitu, masih ada nih chat WA nya di hp ku. 

Bahagia selamanya bersama suami

Terkadang aku ingin suamiku mengajak ke tempat wisata atau punya mobil mewah. Tapi gajinya cuma cukup buat kebutuhan kami sehari-hari, bahkan seringkali tidak sampai akhir bulan. Sering juga aku pinjam sana-sini dulu, nanti pas gajian baru diganti. Aku ingin suamiku bantu bikin konten foto atau video buat Instagram. Tapi dia orangnya nggak narsis kayak aku. Jadinya cuma aku aja yang eksis di media sosial. 

Dia memang bukan suami yang sempurna, tapi aku bahagia bersamanya. Bahagia dan bersyukur juga karena dia bisa bertahan hidup denganku apa adanya. Semoga kita berdua bisa langgeng terus selamanya. Aku jadi teringat kata-kata yang ditulis Kang Maman di dalam buku Bahagia Bersama yang diterbitkan untuk JNE halaman 69. 

Bahagia itu ada di hati setiap orang yang bersyukur. Rasa syukur itu menjadi sempurna karena keikhlasan memberi, berbagi dan meyantuni



 ***

28 komentar

  1. Semoga selalu bahagia dengan mas suami mbak. Dan beliau selalu bisa jadi teladan untuk anak-anak.

    Btw jadi pengen beli bukunya kang Maman deh

    BalasHapus
  2. barakallah, ikut senang sama keluarga mbak. semoga jadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah dunia akhirat ya mbak, aamiin

    BalasHapus
  3. Dududuuu emang bikin meleyot!
    Simpan ya chatnya, diabadikan! Aku pun ketemu sama suami di wartel, bedanya dia bukan penjaga wartel, tapi yang punya

    Ada tuh di blog kisahnya, hahahhahaa .. semoga langgeng dan tetep saling menerima apa adanya yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah yang punya wartel, bayar nggak tuh waktu telpon di wartelnya. Bikin meleyot kan chatnya.

      Hapus
  4. Aahh baca cerita kalian langsung adem rasanya :). Langgeng trus ya mba Nurul, semoga rezeki juga trus mengalir buat kalian ;).

    Setuju mba, bahagia itu kita yg cari . Dengan rajin bersyukur aja, rasanya pasti jadi lebih happy. Dibanding selalu ngeluh, yg ada juga pikiran stress sendiri :). Jadi apapun kekurangan kelebihan pasangan, ya sebaiknya kita terima, dan syukuri :).

    BalasHapus
  5. Ck ck ck.. SMP sudah pacaran. Hehehe...
    Nama anaknya keren-keren Mbak, saya pernah nulis cerpen di Kompasiana tahun 2015. Tokohnya Gie dan Lingga.

    BalasHapus
  6. Kebanyakan emmang para suami melakukan hal yang sama seperti MAsnya di atas, dan suka bikin meleleh, huhuuu.
    Alhamdulillah turut berbagahia juga membacanyaa,s emoga memberikan inspirasi bagi pasangan lain yang bacanya juga bikin senyum.

    BalasHapus
  7. Mirip dengan suami saya Rul. Ga banyak iing tapi urusan rumah tangga dan anak siap selalu. Aku pengen dia bisa aktif di sosial media dan blog, sering ikutan beberapa event tapi keukeuh aja di dunianya. Emang ga bisa dipaksakan ya

    Sehat dan bahahia selalu ya kalian.

    BalasHapus
  8. waaa..awet sekali mba...semoga selamanya yaa..
    memang kok mba, ga ada yang sempurna. Suamiku pun gitu..klo diajak rembugan (ngobrolin apa yang butuh solusi)....lamaaa mikirnya.

    sementara aku yang tipe spontan, suami yang harus dipikirin. Kadang sebel sih, tapi mungkin itu biar seimbang.

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah bisa bahagia bersama suami dan keluarga ya Mba, sehat terus, makin kompak dan saling melengkapi.

    BalasHapus
  10. Bahagia selalu mak bersama keluarga, kadang benar juga kok kata-kata klise kalau bahagia itu sederhana kok. Kadang suka mikir punya banyak uang enak kali ya...memang sih bisa beli apa saja tapi ngak bila beli kebahagiaan.

    BalasHapus
  11. Aw aw.. meleyot ya mba. Aku ngerasain setrumannya nih. Pernah juga percakapan2 kayak gini, ih tapi udah lama banget. Mirip2 kayak ini setrumannya. Hadaaaw 😍langgeng terus ya mba sama pak suami till jannah. Bahagia selalu cukup, sehat semua amiin

    BalasHapus
  12. ah mbak Rachel ini emang sukses bikin hati hangat dengan curhatan inspiratifnya ini
    setuju mbak, kebahagian ada di hato orang orang yang bersyukur

    BalasHapus
  13. Nah saya juga heran kalau pas saya ada kegiatan di luar kota terus ada yang nanya "Kalau di tinggal gini, anak-anak sama siapa". Ya pasti sama bapaknya lah, Bapaknya juga pintar ngasuh anak. Jadi ya aman aja.

    BalasHapus
  14. MasyaAllah, semoga selalu bahagia dalam mengarungi rumah tangga ya, Mbak. Nggak ada orang yang sempurna tapi pasti beliau yang terbaik untuk Mbak Nurul dan sebaliknya.

    BalasHapus
  15. Aakkh jadi pengen nelpon suamiku deh. hehe langgeng selalu ya mba, sampai tua punya anak cucu nanti

    BalasHapus
  16. Langgeng selalu, kak Nurul.
    Terharu banget bacanya. Tersirat ada cinta yang tulus di hati masing-masing.
    Walau pencitraan di FB suka becandaan, ternyata kak Nurul so sweet~

    Jadi Hong banjang versi kak Nurul yaa..

    BalasHapus
  17. Huwaaa chat nya bikin meleyot, duhhh biar aja jangan dibenerin, so sweet banget sih.
    Tapi kalian berdua wajahnya selintas mirip kok, namanya jodoh kali yaa. Semoga langgeng selamanya, bahagia bersama yaaa

    Oia aku suka nama anak-anak kalian, keren semuanyaa

    BalasHapus
  18. Semoga tetap bahagia ya, Mbak

    Jadi cintanya bersemi di Wartel ya, hehehe. Dulu emang legenda sih pakai ini karena belum ada HP. Apa pun itu, syukuri karena akhirnya bertemu cinta sejati

    BalasHapus
  19. Langgeng terus Mbak. Semoga dilimpahkan rejeki yang banyak dan berkah buat Suami dan Mbak.

    BalasHapus
  20. Alhamdulillah ya bisa dapet suami terbaik. Urusan kekurangan mah da semua orang juga punya. Bahagia dan samawa selalu, Mak. :)

    BalasHapus
  21. Barokallah ya Nurul semoga bahagia terus bersama suami. Anak-anak juga sehat dan pintar. Suamiku juga jarang beli baju sampe kaus belel masih dipake. Akhirnya kujadiin pel aja tuh kausnya biar dia beli baru wkwkw

    BalasHapus
  22. keren ceritanya mbak aku jadi nostagia ceritaku sendiri, dan juga keren banget kang maman nggak pernah bosan aku dengar cerita tentang kang maman dan ilmu yang dia berikan

    BalasHapus
  23. Langgeng terus ya, Mba. Memiliki suami yang pengertian itu emang asyik. Apalagi bisa menerima ocehan kita tanoa protes. Hehee

    BalasHapus
  24. Bagaimana pun suami kita jadi orang pertama yang akan maju membantu
    Susah senang bersama
    Semoga langgeng ya Mbak

    BalasHapus
  25. Kita menikah di tahun yang sama berarti ya mbak tahun 2012. Karena usia pernikahannya juga sama 9 menuju 10 tahun hehehe. Moga bahagia selalu bersama pasangan, diberikan rezeki kesehatan, rezeki materi, dan kebahagiaan yang cukup untuk keluarga. Aamiin

    BalasHapus