4 Peternak Sapi Perah Lokal Ke Belanda Berkat Kompetisi Farmer2Farmer 2019

1 komentar
Apapun profesinya kalau kamu lakukan dengan sungguh-sungguh pasti ada jalan keberhasilannya. Begitupun dengan 4 peternak sapi perah yang beruntung bisa terbang ke Belanda untuk menimba ilmu dari peternak sapi di sana. Momen yang begitu mengharukan saat saya melihat langsung pemilihan pemenangnya di Aula Pyramid, Gedung Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Saya iri dengan keberhasilan para peternak sapi perah itu.

pemenang kompetisi Farmer2Farmer 2019
Gerbang penyambutan 

Kompetisi Farmer2Farmer 2019 Dari Frisian Flag Indonesia

Juma't 5 April 2019 menjadi hari bersejarah buat para pemenang yang mengikuti Kompetisi Farmer2Farmer 2019 yang proses penilaiannya sejak bulan Januari 2019. Kompetisi Farmer2Farmer 2019 merupakan sebuah kompetisi untuk peternak sapi perah terpilih yang dilaksanakan di bawah inisiatif Farmer2Farmer (F2F). Tujuannya untuk mendorong peternak sapi perah lokal menerapkan good dairy farming parctice (FGDP) secara terus menerus dan konsisten.

Kompetisi Farmer2Farmer 2019 merupakan bagian dari program Farmer2Farmer dari Frisian Flag Indonesia (FFI). Program ini ada di bawah naungan Dairy Development Program (DDP) oleh perusahaan induk FrieslandCampina untuk mewujudkan tujuan Nourishing by Nature ke dalam kehidupan sehari-hari dalam mencapai tujuan angka panjang perusahaan yaitu memberikan nutrisi yang lebih baik kepada dunia dan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah lokal di negara-negara FrieslandCampina beroperasi.

kompetisi Farmer2Farmer 2019
Para narasumber yang hadir

Acara ini dihadiri oleh para petinggi dari FFI, Kementrian Pertanian RI dan Kedutaan Belanda, antara lain :
  • Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director
  • Dedi Setiadi, Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia
  • Drh. I Ketut Diarmita, MP, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian Indonesia 
  • Louis Beijer, The Agriculture Counselor untuk Kedutaan Belanda di Indonesia.

Pelaksanaan program Farmer2Farmer 2019 tentunya dapat membantu memenuhi permintaan susu sapi nasional di Indonesia. Menurut data dari Kementrian Pertanian nih, cuma 20% produksi susu sapi lokal yang terpenuhi dari permintaan susu nasional. Sedikit banget kan. Oleh karena itu, program ini bisa memberdayakan peternakan sapi perah lokal secara terus menerus.

Di dalam kata sambutannya, Pak Andrew F. Saputro mengatakan bahwa program F2F ini sudah masuk tahun ke 7. Beliau ingin program ini terus berjalan agar ada penerus peternak sapi perah lokal. Bukan hanya orang-orang tua saja yang berprofesi seperti ini. 

Saat ini usia peternak sapi perah kita sekitar 45 tahunan. Maka itu penting adanya penerus, jelas Pak Andrew.

Peternak sapi perah yang tersebar di negara Belanda, Belgia, dan Jerman sekitar 19.000 di bawah naungan FrieslandCampina. Berkat program Farmer2Farmer diluncurkan tahun 2013 jumlah peternak sapi perah lokal menjangkau sekitar 1.000 orang.

peternak sapi perah lokal
Momen milk toss

Farmer2Farmer merupakan komitmen Frisian Flag Indonesia selama 7 tahun ini. Kompetisi ini telah meningkatkan semangat bekerja dan memotivasi peternak sapi perah lokal untuk menerapkan good dairy farming practice. Kalau Pak Dedi Setiadi bilang, Program F2F ini bagai angin segar bagi peternak sapi perah Indonesia. Tentunya menjadi melek teknologi karena sudah memakai alat-alat canggih.

Peternak sapi perah lokal kita itu hebat-hebat. Salah satu buktinya ada yang bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat universitas. "Adanya program F2F ini, peternak sapi perah nasibnya jadi lebih baik," ucap drh. I Ketut Diarmita, MP, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian RI.

Dukungan juga disampaikan oleh Louis Beijer. Ia percaya bahwa sektor industri peternakan sapi perah akan terus meningkat. Oleh karena itu, peternak sapi di negaranya ingin membagikan pengetahuan kepada para pemenang kompetisi F2F dari peternak sapi di Belanda.

susu Frisian flag indonesia
Sudah minum susu Frisian Flag belum?

4 Pemenang Kompetisi Farmer2Farmer 2019 ke Belanda


Kompetisi dimulai sejak dari bulan Januari 2019 melalui tahapan penilaian yang tak mudah. Bahkan peternak sapi dari Belanda, Adinda Roerink didatangkan khusus lho buat melatih atau memberikan konsultasi kepada para peternak sapi perah lokal. Sayangnya dia tidak bisa mengikuti acara sampai habis karena mengejar jadwal pesawat ke Belanda jam 6 sore.

Peserta dinilai langsung oleh para juri yang telah ditunjuk. Ada 3 juri yang menilai yakni :
  1. Arifin Asydhadina, Editor in Chief Kumparan.
  2. Ir. Sugiono, M.P, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
  3. Pak Dede – perwakilan juri peternak

penilaian kompetisi Farmer2Farmer 2019
Kiri-kanan : Pak Dede, Pak Sugiono, dan Pak Arifin

Tentunya ada ketentuan dan kriteria khusus yang dinilai dari para peserta, antara lain dilihat dari kandang, bagaimana pemberian pakan dan airnya, pengelolaan limbahnya, jumlah sapinya juga. Bahkan ada yang rela merombak kandang sampai Rp 20 juta.

Selain itu peserta juga dinilai bagaimana misi dan visi  ke depannya jika menjadi pemenang dan belajar di Belanda. Kira-kira mau ngapain gitu setelah pulang dari sana untuk perubahan pengelolaan peternakan sapi perah lokal.

Nah, momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Para juri menyebutkan dan menjelaskan alasan mengapa mereka layak jadi pemenang. Saya rasa semua alasannya bisa diterima. Pemenangnya adalah.....

Selamat buat : 

1. Bapak Yanto dari Jawa Timur
2. Bu Nenih dari Lembang
3. Bapak Apid dari Pengalengan
4. Ibu Mitha dari Tulungagung


pemenang Farmer2Farmer ke Belanda
Ini dia para pemenangnya
Hadiah koper sebagai modal ke Belanda

Yeayyy mereka akan pergi ke Belanda bulan Juli 2019 nanti selama 2 minggu.  Semua akomodasi ditanggung oleh penyelenggara. Aduh, senangnya ya bisa ke negeri kincir angin.  Saya juga mau....

Mau juga pergi ke Belanda kayak peternak sapi perah lokal ini? Kamu jadi peternak sapi aja dulu ya 😂. Beneran lho profesi ini menjanjikan sekali. Kita patut apresiasi usaha dan kerja keras mereka dalam mengelola peternakan sapi sehingga menghasilkan perahan susu sampai 120 liter/hari. Mereka juga bangun lebih awal, jam 4 pagi.

Seperti pesan Pak Andrew tadi, usia para peternak sapi kebanyakan 45 tahun ke atas. Padahal pemerah susu sapi butuh regenerasi. Kalau bukan generasi sekarang, siapa lagi? Generasi muda millenials nggak usah malulah mencetin puting sapi. Itu pekerjaan halal kok. Sebuah profesi yang bukan hanya dilihat kerja di kandang sapi, tapi butuh perencanaan dan strategi yang tepat juga.

program Farmer2Farmer 2019
Bersama Pak Apid dan Bu Mitha

Kalau berminat jadi peternak sapi perah lokal, ada tips nih dari Pak Dede pemenang kompetisi Farmer2Farmer tahun 2015. Perhatikan kandang sapi, kalau belum layak sebagai tempat tinggal, dirombak dari awal. Berikan makanan dan air yang cukup dalam sehari. Misalnya sapi butuh 8 kg rumput per harinya, kasih saja, jangan pelit-pelit. Kenali sapi yang kita punya.

Setelah pulang dari acara tersebut, saya masih kagum melihat prestasi kerja mereka. Bukan karena ke Belandanya, tapi seorang peternak sapi perah saja bisa punya manajemen sebagus itu. Berarti para peternak sapi sungguh - sungguh mau meningkatkan hasil produksi susu nasional. Supaya masyarakat bisa mengkonsumsi susu dengan sehat. Saya suka banget lho minum susu, anak-anak juga.

Sekali lagi selamat buat para pemenang yang akan ke Belanda untuk mempelajari Good Dairy Farming Practice (GDFP).  Belajar yang sungguh-sungguh dan pulang membawa ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. Hidup peternak sapi Indonesia!



****

1 komentar

  1. Wah hebat ya para peternak kita bisa sampai ke Belanda. Selama ini masih banyak orang dalam keluargaku yang mikir kalau ke eropa itu harus jadi orang yang pinter sekali atau ya punya duit lebih. Tapi kesempatan seperti ini selain bisa mengali ilmu dari orang lain juga semoga bisa jadi semangat bagi kita semua kalau, siapa lagi kalau bukan kita yang melanjutkan Indonesia:)

    BalasHapus