Neng Koala, Kumpulan Kisah Nyata Mahasiswi Indonesia di Australia

29 komentar
Ada sebuah peribahasa mengatakan, tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina. Yang artinya tuntutlah ilmu kemana pun jauhnya kita harus mencari. Mencari ilmu atau belajar tidak mengenal batas usia, tempat dan waktu. Bisa kapan pun kita inginkan, asal ada tekad yang kuat. Sebenarnya menuntut ilmu tidak mesti ke negeri Cina. Itu kan hanya peribahasa saja yang menyemangati kita agar terus "haus" akan pengetahuan. Bisa saja ke negeri Australia yang dilakukan oleh para pemburu beasiswa dari Indonesia. Mereka merantau ke negeri kanguru dan pulang membawa kisah nyata menarik yang bisa dijadikan inspirasi. Kisah nyata tersebut disatukan menjadi sebuah buku berjudul NENG KOALA

Peluncuran Buku Neng Koala


Saya mau cerita sedikit, beberapa bulan belakangan ini saya mengikuti timeline instagram @nengkoala. Saya memfollow akunnya karena dapat bocoran dari founder BloggerCrony, mbak Wardah Fajri (Inspiring Beauty kalau kata MC Yosh Aditya), akan ada kejutan di tahun 2018 bersama Neng Koala. Saya penasaran dong siapa atau apa itu Neng Koala. Sebuah benda atau nama orang? Untuk menemukan jawabannya saya terus mengikuti postingan instagramnya, postingan berupa pengalaman cerita dan foto-foto mahasiswi Indonesia di Australia. Suatu hari saya mengikuti giveaway yang diadakan di instagram. Iseng berhadiah, saya jawab pertanyaan yang diberikan. Harap-harap cemas saya bisa mendapatkan hadiah berupa buku dan t-shirtnya. Bulan Februari diumumkan para pemenang dan saya salah satunya. Ihiiiyy...senang rasanya. Karena yang ikutan giveaway itu banyak juga. Alhamdulillah saya menang.

Nengs Koalaers

Nah, beruntungnya lagi saya bisa hadir di acara peluncuran buku Neng Koala di Aussie Banget Corner, Perpustakaan BINUS University, Jakarta pada 25 April 2018 lalu. Saya termasuk dari 20 blogger terpilih dari BloggerCrony Comunity. Acarapun berlangsung dengan baik. Diawali dengan kata sambutan dari Direktur Perpustakaan BINUS University Karen Salamat, Mrs. Laura Ralph dari Kedutaan Australia dan penyerahan mokup buku dari penerbit ke penulis buku. Kemudian dilanjutkan dengan panel discussion bersama para penulis buku Neng Koala yaitu Indah Erniawati, Adhityani 'Dithri' Putri, Siti Fuadillah Alchumaira, Melati, dan Cucu Saidah. Para nengs menjelaskan tentang keterlibatan mereka pada buku Neng Koala. Buku ini terbit berkat dukungan dari Pemerintah Australia melakui skema Alumni Grant Scheme serta Causindy Alumni Grant Scheme.

Sesi pannel discussion

Apa Itu Neng Koala ?


Saya kira Neng Koala itu nama orang yang beretnis Sunda. Tapi, ternyata salah. Neng Melati, founder Neng Koala, Lulusan Master of Environmental Management and Development dari Australian National University mengatakan bahwa Neng Koala adalah kumpulan cerita para perempuan Indonesia yang melanjutkan pendidikan tingginya ke Australia. Berawal dari sebuah blog, para Neng berbagi pengalaman pribadinya ketika memutuskan untuk studi ke Australia, meyakinkan keluarga tentang pilihan mereka, strategi mendapatkan beasiswa dan mencapai prestasi akademis, bertahan hidup di perantauan, hingga kembali ke Tanah Air. Saya baru sadar ternyata neng Melati adalah pemilik blog empatkembara.com dan sudah berteman pula di instagram. Ya ampun, dunia ini sempit ya. 

Kontributor menulis di blog sebanyak 100 orang lebih, namun yang ceritanya terpilih di buku hanya 34 orang. Bukan berarti yang lainnya tidak bagus, hanya saja dipilih cerita yang paling menginspirasi. Tahu nggak sih, ternyata nama Neng Koala diambil dari panggilan untuk perempuan (neng) dan icon terkenal Australia (koala). Tadinya sempat coba pakai nama mbak atau miss koala, tapi sebutan yang pas si neng itu. Kenapa koala? Kalau pakai icon kanguru sudah dipakai sama salah satu airline internasional. Jadi, koala si binatang lucu ini deh dipilih. Make sense.


Review Buku Neng Koala




Data buku : 
Ukuran : 14 x 21 cm
Tebal     : 254 halaman
Cover    : soft cover
Terbit    : April 2018
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN        : 978-602-03-8400-9
Harga      : Rp.65.000

Buku ini dibagi menjadi 7 bagian :
  1. Berburu Beasiswa
  2. Kisah-kisah Keluarga
  3. Kehidupan kampus
  4. Keseharian di Australia
  5. Tips Praktis
  6. Pertukaran Pelajar, Magang, Short Course dan Volunteering
  7. Kembali ke Indonesia
Dalam bagian - bagian tersebut terdapat judul-judul cerita yang disesuaikan. Ditulis oleh 34 penulis, 33 perempuan dan 1 laki-laki. Warna covernya cewek banget deh, warna baby pink yang menonjolkan genre kaum hawa. Design ilustrasinya juga sederhana, apalagi icon koalanya yang lucu.

Saya sudah membaca buku ini pada beberapa bagian dan tertarik pada 2 bagiannya yaitu Berburu Beasiswa dengan judul "Emak-emak Mengejar Beasiswa" yang ditulis oleh neng Gena Lysistrata dan bagian Kisah-kisah Keluarga dengan judul "Berdamai dengan Keadaan sebagai Kunci Utama Membawa Keluarga Studi" yang ditulis oleh neng Indah Erniawati.  Kedua cerita ini related dengan status saya sebagai ibu rumah tangga dan menikah selama 6 tahun yang sudah dikaruniai 2 anak laki-laki.

Saya lulusan Diploma 3 jurusan Bahasa Inggris di salah satu akademi di Depok. Alhamdulillah saya lulus dengan grade A dan IPK diatas 3. Saya ambil jurusan bahasa inggris karena memang suka dan asyik aja gitu bisa nyerocos dengan bahasa asing. Ditambah bahasa Inggris merupakan global language, bisa dipakai di negara mana saja. Kalau ke Jerman tidak bisa bahasa Jerman nggak apa-apa, minimal bisa bahasa Inggris. Pendidikan saya terhenti di Diploma 3. Pernah bekerja di salah satu bimbingan belajar dan mencoba peruntungan melamar jadi CPNS pada tahun 2013. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah skor TOEFL minimal 500. Ternyata skor saya dibawah itu, gagal lah saya melamar CPNS. Makanya saya salut dengan perjuangan para scholarship hunter ini bisa mengikuti beberapa tes IELTS.

Bagian 1 : Berburu Beasiswa

Dalam tulisannya, neng Gena mengatakan mendapatkan beasiswa hanya sebatas keinginan saja. Karena tidak merasa percaya diri dan memiliki banyak hambatan. Suatu hari sang suami menanyakan tentang impiannya mengejar beasiswa. Ia merasa "tertampar" atas omongan suaminya tersebut, ditambah saat itu ia sedang mengandung. Berkat sulutan omongan sang suami neng Gena merasa tertantang membuktikan ia bisa mendapatkan beasiswa dalam kondisi sedang menyusui, mengurus anak dan sebagai pekerja kantoran. Namun, Tuhan membayar semua perjuangannya untuk meraih mimpinya. Neng Gena lolos seleksi beasiswa kuliah S-2  dari Australia Awards Scholarship (AAS) dari 200 orang penerima dan dari 3700 pelamar. Segala persiapan pun ia lakukan. Mulai dari buat komitmen dengan suami yang juga mengejar beasiswa, persiapan kursus IELTS, menghubungi dosen, bos atau siapapun untuk surat rekomendasi, disiplin belajar, mempelajari beasiswa yang didapat, sampai ke proses seleksi beasiswa AAS 2015-2016.

Ada kutipan neng Gena yang membuat saya sadar bahwa kalau emak-emak mendapatkan beasiswa dan membawa anak pula, anak bisa ikut merasakan pendidikan berkualitas, hidup yang lebih baik, dan lingkungan yang bertumbuh. Benar juga ya. Anak pasti bisa memiliki pengalaman baru di negeri orang. Apalagi anak-anak itu mudah beradaptasi. Kita pun merasa tenang kalau anak tetap ada.

Bagian 2 : Kisah -kisah Keluarga

Bagian berikutnya yang inspiratif menurut saya adalah cerita neng Indah Erniawati yang berjudul "Berdamai dengan Keadaan sebagai Kunci Utama Membawa Keluarga Studi". Impiannya mendapatkan beasiswa sudah ada sejak kuliah. Dua kali rencana telah ia susun, namun rencana Tuhan lebih indah, ia dikaruniai 2 anak dalam waktu berdekatan. Banyak pertimbangan yang dipikirkan untuk melanjutkan sekolah ke Negeri Kanguru ini. Apaka merasa mampu bersekolah dengan dua anak balita? Apakah suami mau berkorban untuk ikut dengannya ke Australia? Cukupkan tabungannya sebagai modal membawa keluarga? Akhirnya dengan tekad bulat ia membawa keluarga untuk menemaninya sekolah di Melbourne selama 2 tahun.

Segala persiapan harus disertai dengan manajemen emosi yang baik. Neng Indah sudah melakukan persiapan dengan perencanaan yang matang, tapi ia malah menemukan banyak kendala. Salah satunya visa suami terkendala pada tes kesehatannya sehingga membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Dari sini ia belajar bahwa segala persiapan yang telah dilakukan tidak sesuai rencana. Beban kuliah yang cukup berat bisa menimbulkan rasa frustasi. Maka itu perlu manajemen emosi dan berdamai dengan keadaan untuk kelancaran kuliah. Selain itu neng Indah juga mempersiapkan dokumen-dokumen untuk membawa anak. Dari surat imunisasi, Tax File Number, akta kelahiran anak, SIM. Kemudian ia jua memilih daycare atau kindergarten untuk anaknya yang masih kecil.

Bersama founder Neng Koala
Neng Melati

Sebagai mahasiswa yang kuliah sekaligus mengurus keluarga, ia butuh strategi agar manajemen waktunya seimbang. Misalnya ia harus membawa buku pinjaman dari perpustakaan dalam menyelesaikan tugas  kuliah. Waktu mengerjakannya pun mencuri waktu saat anak-anak tidur atau pergi sekolah. Bahkan ketika mahasiswa lainnya mengambil kerja sampingan untuk mengumpulkan pundi-pundi dolar, ia lebih memilih habiskan waktu bersama anak-anak daripada kerja. Perihal tempat tinggal, ia melakukan takeover kontrak dari penghuni sebelumnya yang sudah selesai masa kuliahnya. Tentu menguntungkan baginya karena tidak perlu lagi membeli perabotan rumah. Memang perlu keseimbangan antara menempuh kuliah dan mengurus keluarga. Saran dari neng Indah, jika ada yang butuh bantuan konseling untuk manajemen stress, bisa kuga konsultasi dengan psikolog di klinik kampus.

Buku Neng Koala Cocok Buat Para Scholarship Hunter


Sebelum memutuskan mengambil beasiswa khusunya ke Australia, lebih baik memiliki "kitab" ini sebagai pedoman. Semua pengalaman yang ditulis secara rinci dijabarkan oleh para penulis. Saya tujukan buat mba @eskaningrum seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja yang sempat tertunda melanjutkan short course nya ke Belanda. Meskipun bukan mengejar beasiswa, tapi persyaratan yang dipatuhi hampir sama. Barangkali setelah baca buku ini terpacu semangatnya mengejar beasiswa dan bisa mengajak si lucu Halwa ke Australia.

Kalau ada pertanyaan, apa saya terinspirasi mencari peluang kuliah lebih tinggi setelah baca buku ini? Jawabannya IYA. Salah satu neng yang membuat saya gigit jari yaitu neng Cucu Saidah. Dengan  keterbatasannya di kursi roda ia mampu menyelesaikan kuliahnya di Flinders University. Bahkan ia bisa tinggal bersama suaminya yang juga menyandang disabilitas. Tidak ada halangan bagi disabilitas untuk melanjutkan kuliah lagi. Pastinya didukung juga dengan infrastruktur yang ada di Australia bagi disabilitas Indonesia sudah begitu belum ya? 

Bersama neng Cucu Saidah 

Selain perempuannya yang berjuang, peranan laki-laki juga dibutuhkan lho. Siapapun dia, mau suami kek, ayah kek, adik kek, kakak kek, paman kek, teman kek, pacar kek, tunangan kek, harus mendukung perempuan terdekatnya yang ingin melanjutakn pendidikan lebih tinggi. Seperti yang dilakukan pak Bowo Sugiarto mengizinkan istrinya kuliah lagi. Meskipun mereka sudah terbiasa long distance relationship antar Jakarta - Semarang, rasanya berbeda karena perbandingan waktu bertemu. 2 minggu banding 2 tahun. Berkat pembelajaran selama jarak jauh, mereka bisa jadi saling percaya, komunikasi baik dan menyikapi kesalahpahaman. So, why not you give her your permit? Meskipun tidak turut ikut mendampingi ke Australia, setidaknya mendukung secara moral dan perasaan. Aduh, sanggup nggak ya saya pisah sama suami? 


Bagi yang  sudah punya buku Neng Koala bisa ikut vlog competition neng koala book review nih. Ketentuan lombanya bisa cek langsung instagram @nengkoala. Ketentuan lomba bisa lihat  di bit.ly/NKcompetition. Hadiah-hadiahnya menark lho. Deadlinenya sampai 9 Mei 2018. Ayo yang hobi ngomong di depan kaca jangan cuma berani di depan kaca aja, buktikan kalian bisa mereview buku Neng Koala dengan bagus. Beli bukunya di Gramedia terdekat ya.

Terima kasih untuk para pejuang beasiswa di Australia. Kembalinya kalian ke Indonesia sebagai tanda kecintaan terhadap negeri. Jika ada yang bertanya kenapa kembali ke Indonesia? Karena hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri. Sebaik-baiknya di negeri orang tidak sebaik di negeri sendiri. Pulang dengan kebanggan memberikan yang terbaik dari dan untuk negeri tercinta. Semoga saya bisa mengikuti jejak para neng koala. Status emak-emak bukan jadi halangan menempuh pendidikan lebih tinggi. Kalau kamu, berminat mengejar beasiswa nggak?


***

29 komentar

  1. Bukunya emmang inspiratif aku pun udah baca hehehe

    BalasHapus
  2. Aku kagum banget sama mbak Cucu, semangat dia luar biasa banget, malu banget aku kak kalau liat semangatnya itu.

    BalasHapus
  3. Jadi pengen baca sendiri ah. Gak sabar dapatkan bukunya.

    BalasHapus
  4. Waaa jadi tertarik mau baca buku ini. Sebagai beasiswa huntre, apalagi dah makemak, keknya kudu punya buku ini yak. Buku ini wajib direkomendasikan ke perempuan2 indonesia yang berkeinginan studi biar makin semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, emak-emak masih punya peluang untuk mendapatkan pendidikan tinggi lagi.

      Hapus
  5. setuju, buku ini isinya inspiratif, ngomporin untuk bisa dapat kuliah dan sekolah lagi...hoho

    BalasHapus
  6. Duuuh jadi ingat masa-masa tinggal di Aussie dulu. Ayahku dulu juga penerima beasiswa dan kami sekeluarga diboyong ke sana. Meskipun kami dapat tunjangan, nominalnya tidak banyak jadi ibuku waktu itu cari tambahan duit dengan jadi pembantu (bersih-bersih apartemen). Adekku pun lahir di sana. Salut deh sama para eneng yang berhasil mendapatkan beasiswa tetapi juga tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mba Tya punya pengalaman yang sama dengan para neng koala.

      Hapus
  7. Aku lagi membaca buku ini dan kemudian jadi terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka mendapatkan beasiswa

    BalasHapus
  8. Aku suka nih buka tentang kisah mahasiswa atau orang indonesia yg tinggal di luar negeri.

    BalasHapus
  9. Aku belum baca nih, dan pingin banget. Buku2 kaya gini serasa ngasih energi lebih buat mendobrak potensi setiap perempuan

    BalasHapus
  10. Wah buku penting bisa jadi panduan moms yang anaknya mau study di LN ya. Nanti pada saatnya aku mau anakku sekolah di Aussie. Amin

    BalasHapus
  11. Plak plok berasa dipukulin nih pipi, salut sama kekuatan para neng di negeri koala mengejar impian. Persis kaya kamu Rul, selalu semangat kemana pun bareng Sagara hehe

    BalasHapus
  12. Binus support banget ya sering ada launching buku di kampus dan sekolahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kampus keren ya bisa support acara yang sesuai pendidikan.

      Hapus
  13. Aku selalu salut sama peraih beasiswa.. Pasti perjuangan buat dapetin itu berat.. Apalagi yang udah berkeluarga.. Dobel salutnyaaa.. Eh, sampe sekarang aku juga masih ada keinginan buat sekolah lagi, meski gak semenggebu dulu.. Tapi masih kurang nih usahanya, heuheu.. Mesti baca bukunya dulu kayaknya biar ada motivasi lagi.. :D

    BalasHapus
  14. aku suka yang beberapa bagian di buku itu. Pasti berat perjuangannya dan salut

    BalasHapus
  15. Akhirnya terjawab juga pertanyaanku. Siapakah Neng Koala itu.dan mengapa terasa begitu spesial si Neng Koala ini

    BalasHapus
  16. Wah neng koala tuh nama buku ya. Ade juga mikirnya nama org yg beretnis sunda.. xixi

    BalasHapus
  17. keren ya perjuangannya mendapatkan beasiswa

    BalasHapus