Hari Kanker Sedunia, Cegah Faktor Risiko dan Deteksi Dini

Tidak ada komentar
Sakit kanker. Semua orang pasti sudah takut duluan kalau dengar kata-kata itu. Pastinya enggak ada yang mau ngalamin penyakit paling mematikan sejagad raya ini. Belum ada obat paten yang menyembuhkan, malah bertambah terus penderitanya.

Bagaimana enggak bikin takut orang? Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia dan merupakan penyakit ke 2 yang menghabiskan biaya pengobatan BPJS setelah jantung. Tiap 2 detik ada 1 orang baru terdiagnosis kanker dan tiap 3 detik ada 1 orang meninggal dunia. Irony.



Belum lama ini adik ayah saya dioperasi payudara sebelah kiri karena kanker. Bulan Desember benjolannya masih kecil dan dibiopsi. 2 Minggu kemudian hasil laboratoriumnya keluar dan menyatakan mesti diangkat payudaranya karena semakin besar benjolannya juga.  Ayah mengirimi foto payudara yang diangkat  lewat WA. Aduh, bikin ngilu dan reflek memegang payudara sendiri. Semenyeramkan itu bentuknya.

Tiap tanggal 4 Februari diperingati Hari Kanker Sedunia. Penetapan tanggal ini berdasarkan Piagam Paris (Charter of Paris) pada tahun 2000 dalam pertemuan World Summit Against Cancer for the New Millenium. Namun sejak tahun 2006 seluruh dunia mengkampanyekan perang lawan kanker. Hari Kanker Sedunia merupakan kesempatan untuk merefleksikan apa yang dapat kita semua lakukan untuk membuat perubahan dalam perjuangan melawan kanker.

Dari tahun 2019-2021 mengambil tema 'I Am and I Will' (Saya adalah dan saya akan) yang  berarti bahwa sekecil apa pun hal yang dilakukan,setiap orang punya kapasitas dan peran untuk mencegah kanker. Di tanggal yang sama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan pertemuan social media influencer di Manhattan Hotel, Jakarta dengan mendatangkan narasumber berkompeten.

Cegah Faktor Risiko Kanker 


Kanker termasuk penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, gagal ginjal paru, talasemia, leukemia. Munculnya kanker ditandai dengan adanya sel atau jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita.

Direktur P2PTM - dr. Cut Putri Arianie, MHKes 

Faktor risiko penyakit tidak menular dilihat dari yang tak bisa diubah (usia, genetik dan jenis kelamin) dan yang bisa diubah (merokok, kurang aktifitas fisik, obesitas, prediabetes, pola makan tidak sehat).  Data WHO menyebutkan sebanyak 43% kanker dapat dicegah. Dengan cara pencegahan faktor risiko kanker yaitu perubahan gaya hidup.

Direktur P2PTM - dr. Cut Putri Arianie, MHKes menjadi pembicara dalam kesempatan pertemuan ini. Beliau selalu menekankan bahwa kanker bisa dicegah dari faktor risikonya : 
  1. Cegah makanan yang kontak dengan zat kimia yaitu 6P : Penyedap, Pewarna, Perasa dan Pengawet (Pengasinan dan Pengasapan)
  2. Polutan
  3. Diet tidak seimbang, rendah serat dan tinggi lemak
  4. Kurang aktifitas fisik
  5. Paparan asap rokok dan produk tembakau
  6. Paparan lingkungan berbahaya
  7. Konsumsi alkohol
  8. Perlilakj seksual berisiko
  9. Paparan sinar UV
  10. Heriditas / keturunan

Kementerian Kesehatan memiliki 4 pilar penanggulangan penyakit tidak menular : 
  1. Promosi Kesehatan
  2. Deteksi Dini
  3. Perlindungan khusus
  4. Penanganan kasus

Pastinya Change Your Lifestyle bro and sist..! Kalau enggak mau faktor risiko kanker mendekat. Bagi yang ngerokok berhenti deh, demen banget tuh virus nempel pada si perokok. Memang Tiap orang punya faktor risiko kanker, cuma bagaimana kita berupaya supaya tidak memicu timbul penyakit kanker dengan gaya hidup sehat. 


Deteksi Dini Pencegahan Kanker


Kita tidak pernah tahu kapan sebuah penyakit akan datang. Terutama kanker yang kemunculannya terlambat kita ketahui. Prof. Dr. dr. Soehartati A Gondhowiardjo, Sp.Rad(K)OnkRad - Kepala Departemen Radioterapi FKUI RSCM menyatakan bahwa kanker di mata dunia terus meningkat. Ada 29,5 juta kasus dan
16,3 juta kematian.

Perlu diketahui bahwa antara tumor dan kanker itu berbeda. Tumor memiliki kelainan sel namun dikurung dalam lapisan pelindung, sehingga virusnya tidak menyebar ke mana-mana. Lain dengan kanker yang tidak memiliki kantong pelindung, oleh karena itu virusnya bisa menyebar ke mana saja.

Prof. Dr. dr. Soehartati A Gondhowiardjo, Sp.Rad(K)OnkRad 

Sayangnya, 70% dalam kedatangan sakit lanjut. Kenapa? Karena informasi yang keliru dalam pengobatan, bahkan lembaga yang salah. Banyak kan tuh di pasaran yang menawarkan obat yang bisa menyembuhkan kanker. Alih-alih karena biaya berobat ke RS mahal, maka masyarakat memilih berobat ke alternatif. That's really wrong.


Kita sudah tahu bahwa dalam diri masing-masing ada faktor risiko kanker atau sel yang bisa saja menjadi abnormal. Supaya bisa diketahui segera maka lakukanlah deteksi dini. Saya sebagai wanita mesti aware dengan dua organ tubuh yang banyak terserang kanker yaitu payudara dan leher rahim (serviks). 

Deteksi Dini Kanker Payudara


Seperti yang saya cerita di awal bahwa kerabat paling dekat yang terkena kanker payudara yaitu tante atau adik dari ayah. Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran dan jaringan penunjangnya, tidak termasuk kulit payudara. 

Ciri-cirinya adalah terdapat benjolan pada payudara secara tidak normal, keluar cairan dari puting, atau terdapat luka yang tak kunjung sembuh. Makanya wanita dianjurkan memeriksa payudaranya sendiri (SADARI) atau pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). 

SADARI dilakukan dengan cara melepaskan pakaian sambil melihat cermin dan mengangkat kedua tangan lalu perhatikan bila ada benjolan atau perubahan pada kulit dan puting. Diraba-raba seluruh lingkaran payudara karena yang lebih memahaminya adalah diri kita sendiri sebagai wanita. Saya tiap mandi juga melakukannya sambil memijat payudara. 

SADANIS dilakukan dengan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Tentunya dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan memiliki sarana serta prasarana (bidan, dokter). 

Kedua cara tersebut merupakan pemeriksaan yang sederhana, mudah dan cepat juga hasilnya dapat diketahui langsung. Pemeriksaan secara benar dan teratur dapat mendeteksi kanker pada stadium 1 atau 2 sebesar 68%. Bisa menyelamatkan penderita lebih banyak. 

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (Serviks)


Penyakit kanker lainnya pada wanita yaitu serviks. Jadi ingat almarhum artis Julia Peres yang meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. 

Faktor risikonya terjadi akibat dari melakukan hubungan seks sebelum usia 18 tahun, bergonta-ganti pasangan, melakukan hubungan seks dengan pria yang bergonta-ganti pasangan juga, kurang menjaga kebersihan kelamin, dan merokok atau terpapar asapnya. 

Gejalanya biasanya timbul keputihan atau perdarahan setelah bersenggama, haid tidak normal, perdarahan pada masa haid atau menopause, timbul cairan kuning seperti nanah. 

Deteksi dini untuk kanker serviks bisa melakukan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), PAP Smear, dan Biopsi

IVA adalah pemeriksaan dengan cara mengoleskan secara langsung asam asetat atau cuka encer (konsentrasi 3-5%) pada leher rahim. Ditunggu dalam waktu satu menit, jika terlihat bercak putih bila terdapat perubahan pada sel (displasia).  

Tes IVA dilakukan dengan cara sederhana, murah, cepat dan cukup akurat untuk menemukan kelainan pada tahap kelainan sel. Tes ini diperuntukkan pada usia 30-50 tahun yang sudah melakukan hubungan seksual. 

Tes IVA bisa dilaksanakan di puskesmas terdekat, bidan atau RS. Tes ini akan diulang setelah 5 tahun kemudian dan bisa menurunkan kasus kanker leher rahim 83,6% (IARC, 1986). 

Jika ditemukan kelainan pada Tes IVA maka dilakukan krioterapi yaitu tindakan pengobatan memakai alat krioterapi dengan cara pendinginan agar terjadi pembekuan untuk menghancurkan sel yang tidak normal. Pemeriksaan ulang pada 1 bulan dan 6 bulan setelah tindakan.

Saya pernah melakukan PAP Smear tahun 2019. Kebetulan dapat kesempatan periksa di Klinik Prodia dari salah satu komunitas blogger. Deg-degan banget periksa ini. Sudah ngebayangin yang macam-macam deh. Soalnya masih keingetan sakitnya lahiran normal kan. Setelah masuk dan berbaring sambil diajak ngobrol dan selesai. Kayaknya enggak ada 5 menit. Jadi, cuma diambil lendir di kemaluan kita. Enggak berasa sakit juga. 

Lebih baik mencegah daripada mengobati kan? Oleh karena itu, cegah faktor risiko kanker dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hari Kanker Sedunia dengan tema 'I Am and I Will' terus mengingatkan kita untuk melawan kanker.



***

Tidak ada komentar