Negeri Dongeng : Bukan Sekedar Naik Gunung, Tapi Cinta Dengan Indonesia

Tidak ada komentar
Sudah 5 tahun vakum dari kegiatan alam bebas. Tepatnya setelah menikah dan memiliki anak. Namun naluri untuk kembali berkegiatan di alam tidak bisa dikubur dalam-dalam. Keinginan menjelajahi gunung, sungai, dan hutan itu masih ada dalam benak saya. Apalagi kalau melihat orang-orang membawa tas carrier rasanya seperti memanggil " Yuk, naik gunung bareng". Hmm, bikin gemes aja deh. Pertanyaan dalam hati kapan bisa naik gunung lagi masih terus bergema. Ya, jika situasi dan kondisi mendukung. Sekarang kan enggak bisa pergi sendirian karena ada duo krucils. 

Menepis keinginan naik gunung lagi saya alihkan dengan menonton film Negeri Dongeng. Film ini belum resmi tayang di bioskop. Makanya saya sempatkan diri untuk menonton special screeningnya di XXI Botani Square, Bogor. Jauh banget ke Bogor? Beberapa waktu lalu saya enggak sempet nonton yang di Jakarta, makanya ikutan nobar di Bogor. Sekalian jalan-jalan dan beli kue lapis Bogor (modus). Naik comutterline dari Depok cuaca hujan, untungnya sampai Bogor sudah reda. Aman. 


Sampai di XXI Botani langsung registrasi dan dapat seat di row N7. Aduh bawah banget, nongak deh nontonnya. Saya terima nasib aja karena barisan di atas sudah penuh. Full house lho ! Berhasil nih screeningnya di Bogor. Film dimulai jam 18.20 WIB, sambil menunggu waktu saya hunting gambar dan nonton pertunjukkan fashio show depan XXI, hehe..Terdengar panggilan studio 1 sudah dibuka dan semua penonton teratur memasuki studio. This was 1st time I entered studio XXI Botani. 4 bintang lah dari 5. 

Tak lama kemudian film dimulai. Saya excited sekali menonton film ini. Karena isu mengenai film ini sudah terdengar dari 2 tahun lalu. Jadi saya mau tahu (banget) bagaimana hasilnya. Ok, here is my review...

Full seatnya

"Negeri Dongeng" merupakan film yang mengangkat tema tentang perjalanan melihat Indonesia, melihat sahabat dan rekan - rekan perjalanan dan juga melihat diri sendiri. Film ini menceritakan 7 sineas muda Indonesia yang mendaki 7 puncak gunung tertinggi di Indonesia dengan 7 kamera bersama-sama.

Perjalanan diawali dari pulau Sumatera, tepatnya Gunung Kerinci. Pada bagian scene ini menurut saya durasinya kurang. Wawancara dengan para petani kebun teh juga kurang lama, jadi infonya belum sampai. Tapi ada satu kalimat yang membuat saya menganggukkan kepala yaitu asal nama Kerinci dari bahasa Sunda kering = kering, cai = air  dan disingkat sama penduduk setempat menjadi Kerinci. Kisahnya ada kakak adik yang ingin menyebrang sungai dan menunggu airnya sampai kering. And then pendakian tim Aksa 7 berhasil sampai di ketinggian 3805 mdlpl.



Destinasi kedua menuju gunung Semeru. Pendakian ini mengajak pendaki cilik bernama Matthew Tandioputra. Hebat ya kecil-kecil sudah mendaki sampai Semeru, saya aja belum. Matthew ini memiliki kecenderungan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sebuah gannguan pada perlembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif, impulsif, serta susah memusatkan perhatian. Pada scene ini sosok Matthew kurang diekspos, gambar yang diambil kebanyakan hanya lari-lari saja. Dialognya pun sedikit. Padahal saya mau tahu lebih banyak tentang ia menjalani terapi sekaligus mendaki. Matthew pun berhasil menginjak puncak para Dewa. 

Ekspedisi berikutnya menuju gunung Rinjani. Pada bagian ekspedisi ini mengajak Djukardi "Bongkeng" Adriana. Pendaki senior ini masih terlihat fit saat mendaki Rinjani. Usia tidak menghalangi menjelajahi alam. Pengalaman mendaki gunungnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi saya perjalanan ke Rinjani biasa saja, namun momen merayakan hari Natal itu yang membuat saya terharu. Siapa tuh orang yang beruntung merayakan Natal di gunung Rinjani? Tonton aja nanti filmnya kalau sudah tayang di bioskop ya guys. Puncak Rinjani pun berhasil dipijak oleh tim. Pesan yang melekat buat saya dari kang Bongkeg "Naik gunung itu mendidik diri". Betul banget. 

Sampai di ekspedisi ke empat. Kali ini menyebrang ke Borneo. Gunung Bukit Raya Kalimantan menjadi tujuan tim ekspedisi. Scene yang diambil selama di kapal cukup banyak. Saya memang belum pernah naik kapal laut sampai Kalimantan, jadi bisa tahu keadaan kapal sebenarnya selama perjalanan. Satu scene yang membuat saya miris yaitu saat Anggi Frisca bilang jangan buang sampahnya di kapal. Lalu, scene berikutnya menampilkan adegan dari pernyataan Anggi tersebut. Ohh itu toh...Adegan apa si? Tonton aja nanti filmnya..Oh ya ekspedisi ini mengajak presenter acara petualangan di tv itu lho. Ayo tebak siapa. Saya ingat pesan si presenter yang menyatakan ibu itu seperti pohon hanya diem saja, tapi bisa menghidupi sekitarnya dan ekosistem. Beeuhh mantap. Bijak banget ibu presenter beranak 2 ini.

Suasana di depan studiio 1 XXI Botani

Destinasi pendakian berikutnya ke gunung Latimojong. Ibu dari salah satu anggota tim ada yang meninggal. Jadi harus turun kembali. Ekspedisi ini mengajak Alfira Naftaly Pangalila "Abex" yang mengalami cedera kaki saat turun. Doi tuh tomboy lho, tapi setomboy-tomboynya orang saat kaki di perban mewek juga kan. Jalur yang sulit membuat tim harus ekstra hati-hati mengevakuasi Abex. Disinilah kesolitan tim diuji.

Dari Sulawesi perjalanan dilanjutkan ke Ambon, Maluku. Cukup kaget juga pas lihat ada sosok pria gagah, ganteng dan keren bisa ikut ekspedisi 7 summits ini. Rasanya jadi pengen naik gunung sama doi, hahah...Biasanya ada di acara bola eh ikutan naik gunung juga. Mau tahu siapa dia? Cluenya dia juga membintangi iklan shampoo. Yap, Darius Sinathrya. Unfortunately, dia enggak sampai puncak gunung Binaiya. Salah satu keluarganya ada yang meninggal dunia. So, dia mengurungkan perjalanan menuju puncak Binaiya Siale. Padahal sudah menempuh 2 hari perjalanan.



And the last expedition to Papua. Banyak para pendaki mengidamkan bisa mendaki ke puncak Carstenz. Saya juga mau kalau diajak. Nadine Chandrawinata ikut dalam pendakian. Tentu momen ini membahagiakan Nadine karena bisa merayakan ulang tahunnya juga. Penduduk setempat ikut membantu menjadi porter membawakan barang-barang tim ekspedisi. Saya inget salah satu pesan salah satu anggota tim (lupa namanya) "Disini orang kota tidak berhak untuk mengeluh". Betul banget kakak ! Tidak hanya modal kaki dalam mendakoi gunung satu-satunya yang memiliki salju di puncaknya, tapi juga skill memanjat diuji. Keterampilan memasang dan memakai alat panjat sangat dibutuhkan.

Setelah menonton filmnya, penonton diajak untuk menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya. Terharu banget di momen ini. Apalagi bisa memegang bendera merah putih tercinta. Semua penonton ikut merasakan keharuannya.



Selama hampir 2 jam film Negeri Dongeng diputar, saya hanya bisa kagum dengan perjuangan para tim. Bisa ngerasain bagaimana perjalanan dan persiapan mendaki gunung. Kebersamaan tim sangat diandalkan disini karena mendaki gunung bukan perjalanan individual. Suka, senang, sedih, capek dan puas tercampur semua. Negeri Dongeng mengajarkan kita untuk mengenal pribadi masing-masing dan alam Indonesia yang begitu indah.

Seperti yang dikatakan Anggi Frisca saat jumpa pers setelah nonton bareng, judul film Negeri Dongeng diambil dari cerita jaman sekolah dasar bahwa salju abadi itu ada di Carstenz, sebagai orang film ia ingin memberikan cerita dari film itu sendiri dan menjadi sejarah. Mumpung masih ada saljunya ia ingin mendokumentasikan dan bukan hanya jadi dongeng saja. Maka itu kita harus menjaga alam untuk anak cucu kita nanti. That's right !

Aduh jadi bawa perasaan deh habis nonton film ini. Semangat mendaki gunung lagi makin gencer aja deh. Kapan bisa angkat carriee lagi ya? Loh jadi curhat. Intinya film Negeri Dongeng memberikan gambaran semangat anak muda dalam mendokumentasikan indahnya alam Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pendakian ekspedisi ini pasti butuh biaya yang enggak murah kan. Kalau kata pak produser si biayanya dari hasil jualan kaos. Yang jadi pertanyaan sudah berapa kaos ya yang terjual? Oh ya pesan mbak sutradara pak Jokowi harus nonton. Minimal lihat trailernya dulu ya pak...


Official trailer



***

Tidak ada komentar